Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi (10/4/2017), bergerak menguat sebesar 11 poin menjadi Rp13.319, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.330 per dolar AS.
"Harga komoditas yang menguat masih menjadi salah satu alasan bagi mata uang rupiah untuk kembali terapresiasi terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada awal pekan ini (Senin, 10/4) menguat 0,21 persen menjadi 52,35 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,11 persen menjadi 55,30 dolar AS per barel.
Ia menambahkan, cadangan devisa Indonesia yang konsisten naik juga turut memberikan alasan bagi rupiah untuk tetap kuat. Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2017 tercatat sebesar 121,8 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2017 yang sebesar 119,9 miliar dolar AS.
Namun, menurut dia, penguatan mata uang domestik relatif terbatas menyusul serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah, situasi itu mendorong penguatan aset "safe-haven" termasuk emas dan dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang relatif baik juga berpotensi untuk memulihkan dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa penambahan tenaga kerja Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi pasar membuat dolar AS mengalami koreksi terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
"Kami berharap akan adanya penguatan lanjutan pada mata uang rupiah dengan memanfaatkan sentimen data tenaga kerja yang di bawah ekspektasi," katanya.
Ia mengemukakan bahwa data penggajian non pertanian (non-farm payrolls/NFP) AS tercatat 98.000 pada Maret 2017, di bawah estimasi pasar 180.000. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement