Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

May Day di Jakarta, Demo Buruh Rasa Pilkada (1)

May Day di Jakarta, Demo Buruh Rasa Pilkada (1) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hari Buruh Internasional alias May Day menjadi ritual bagi para pekerja untuk menyuarakan aspirasi mereka. Perjuangan mereka menjadi sebuah upaya yang romantis manakala tidak sedikit di antara mereka menyediakan diri sebagai "martir" bagi sesamanya.

Mereka saling berjibaku untuk menuntut perbaikan kualitas hidup dan perlakuan yang manusiawi dari para pemberi kerja. Sayang ketika perjuangan murni mereka kemudian dibumbui aksi-aksi berbau politis yang diduga sebagai kontaminasi kepentingan pihak-pihak tertentu.

Perjuangan mereka pun tidak lagi versus penindasan melainkan ditunggangi dan dipolitisasi untuk kepentingan segelintir orang. Pun serupa dengan May Day tahun ini yang menuntut tiga substansi mendasar yakni penolakan terhadap pemagangan dan alih daya (outsourcing), revisi jaminan sosial, dan penolakan rezim upah murah.

Tuntutan yang disuarakan dengan menurunkan ribuan buruh ke lapangan itu sejatinya tak beranjak dari tuntutan aksi-aksi tahun lalu. Sebagaimana disampaikan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal bahwa perjuangan buruh tidak akan berhenti sampai aspirasi mereka didengar pemerintah.

"Kami akan terus melakukan aksi sampai tuntutan dan aspirasi kami didengar oleh pemerintah," katanya.

Ia mengaku aksi buruh dalam May Day tidak ada hubungannya dengan keputusan atau sikap politik apapun. Namun, kemudian banyak pihak pada akhirnya yang menuding tindakan oknum buruh yang sempat melakukan perusakan karangan bunga untuk Ahok memiliki muatan politis tertentu.

Tuntutan Konkret Demonstrasi buruh tahun ini juga tampak terasa mulai menipis roh dukungan perjuangannya manakala masyarakat semakin sering disuguhi aksi-aksi serupa. Masyarakat mulai jenuh dengan pemberitaan seputar penggalangan massa dalam jumlah besar untuk turun ke jalan.

Meski begitu, May Day yang identik dengan turunnya massa buruh ke jalan memang tak boleh dilewatkan begitu saja. Maka wajar ketika lambat laun May Day pun tak lebih dari sekadar ritual untuk mempertahankan citra buruh yang antikemapanan...

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: