Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amerika Serikat Khawatirkan Adanya Perlombaan Nuklir Asia-Pasifik

Amerika Serikat Khawatirkan Adanya Perlombaan Nuklir Asia-Pasifik Kredit Foto: Antara/Reuters/Damir Sagolj
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pejabat pejabat senior Trump khawatir perlombaan senjata nuklir di Asia Pasifik jika tindakan Korea Utara yang bernafsu untuk berperang tidak dikecam, ujar menteri luar negeri Australia pada hari Jumat (26/5/2017) setelah melakukan pembicaraan di New York.

Pyongyang telah meluncurkan serangkaian rudal tahun ini, termasuk proyektil jarak jauh Hwasong-12 bulan ini yang diklaim Utara mampu membawa hulu ledak nuklir "berat", yang memicu ketegangan dengan Washington. Sudah dua tes atom sejak awal tahun lalu, dan masih saja bersikeras memerlukan senjata nuklir untuk mempertahankan diri dari ancaman invasi.

AS khawatir jika pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un tidak dihentikan, negara-negara lain di kawasan ini termasuk Jepang dan Korea Selatan akan dipaksa untuk mencari kemampuan nuklir mereka sendiri sebagai tindakan pembelaan dari apa yang sudah dilakukan oleh Korea Utara.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan kepada surat kabar The Australian, ketika berada di New York, di mana dia mengadakan pertemuan dengan duta besar AS untuk PBB Nikki Haley.?

"Dalam diskusi saya dengan pejabat senior di Korea Selatan dan AS, pandangan bahwa seharusnya Korea Utara dikenali sebagai negara senjata nuklir, maka Jepang dan Korea Selatan hanya memiliki sedikit pilihan daripada mengembangkan kemampuan senjata nuklir mereka sendiri," ujarnya,?sebagaimana dikutip dari laman Channel NewASasia, di Jakarta, Jumat (26/5/2017).?

"Itulah mengapa ada pandangan kuat bahwa Korea Utara harus ditolak kemampuan ini."

Pada jajak pendapat tahun lalu, Trump menambahkan kemungkinan Jepang dan Korea Selatan mempersenjatai diri dengan senjata nuklir, terutama yang sensitif di Jepang, satu-satunya negara yang pernah diserang oleh bom atom, namun kemudian menarik penyataannya kembali.

Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka bersedia untuk melakukan pembicaraan dengan Korea Utara jika Korut menghentikan uji coba nuklir dan misilnya, namun juga memperingatkan bahwa intervensi militer adalah sebuah opsi, yang membuat kekhawatiran konflik meningkat.

Bishop mengatakan pesan yang "keras dan jelas" dari Haley adalah bahwa "ketika Amerika Serikat mengatakan semua opsi ada di atas meja, mereka bermaksud melakukannya, mereka tidak bercanda", sambil mengarahkan ke aspek dimana AS mengirim kapal selam nuklir ke wilayah tersebut.

Lebih menggembirakan, mitra dagang utama Korea Utara dan sekutu China tampaknya semakin dekat dengan masyarakat global, dia menambahkan dalam sebuah wawancara terpisah dengan stasiun radio 2GB.

"Korea Utara saat ini menolak tawaran dari China, yang membuat China frustasi," katanya,?

"Di masa lalu, ini terlihat sebagai pengaruh dan golongan partai komunis mereka. Tapi sekarang Korea Utara lebih cenderung ingin berperang, bersikap offensive dan menghina China."

Amerika Serikat telah berminggu-minggu menegosiasikan resolusi sanksi Dewan Keamanan baru dengan China. Tapi Haley mengatakan pekan lalu bahwa tidak ada rancangan akhir yang telah dijatuhkan. Bishop mendesak Beijing untuk mematuhi sebuah rezim sanksi baru, dengan mengatakan bahwa pihaknya akan "mengubah skenario ekonomi di Korea Utara dan pada dasarnya membawanya ke meja perundingan".

"Kami memiliki jendela kesempatan dalam kaitannya dengan sanksi ekonomi dan ini adalah di mana kita memerlukan dukungan China," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: