Macron Sebut Perancis Tidak Akan Kompromi Terhadap Terorisme
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan kekhawatirannya terhadap munculnya ketegangan di kawasan Teluk kepada putera mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan seraya menegaskan Prancis tak akan berkompromi dalam perang melawan terorisme.
"Prancis akan tanpa kompromi dalam perjuangannya melawan terorisme dan pendanaan terorisme," kata seorang pejabat di Kantor Presiden Prancis, mengutip apa yang Macron katakan pada putra mahkota Abu Dhabi, Selasa (6/6/2017).
Macron sebelumnya secara terpisah bertelepon dengan emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait keretakan hubungan antara negara-negara Teluk.
Macron menekankan dalam pembicaraan dengan putra mahkota Abu Dhabi, salah satu bagian dari Uni Emirat Arab (UEA), bahwa penting untuk menjaga stabilitas di kawasan Teluk.
Ia juga menegaskan mendukung semua inisiatif untuk meredakan ketegangan yang meletus antara Qatar dan negara-negara Arab tetangga.
Uni Emirat Arab, bersama dengan Bahrain, Mesir dan Arab Saudi, memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin. Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme.
Libya dan Yaman kemudian ikut memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi menyesalkan krisis saat ini antara Arab Saudi serta sekutunya dan Qatar, dan berikrar akan bekerja sama dengan setiap negara untuk mengalahkan petempur ISIS.
Perdana Menteri Irak tersebut merujuk kepada krisis antara beberapa negara Arab dan Qatar, ketika Arab Saudi serta sekutunya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dalam peningkatan pergolakan kekuasaan di Timur Tengah.
Banyak pengamat berpendapat krisis itu menciptakan celah dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
Negara-negara di Timur Tengah telah menyadari tak ada negara yang jauh dari terorisme, demikian laporan Xinhua.
Al-Abadi juga mengatakan Pemerintah Irak takkan membiarkan setiap kekuatan Irak melintasi perbatasan Suriah untuk memerangi petempur ISIS di negara tetangganya itu.
Satuan paramiliter Irak itu melancarkan operasi besar yang dirancang untuk mengamankan daerah perbatasan dennggan Suria guna memutus jalur pasokan ISIS antara Moosul dan Kota Raqqa di Suriah, markas ISIS, yang diproklamasikan secara sepihak.
Pada 29 Mei, satuan tersebut untuk pertama kali tiba di perbatasan Irak-Suriah dan terus membersihkan puluhan desa di daerah berbukit antara Provinsi Nineveh di Irak Utara dan Provinsi Anbar di bagian baratnya.
Operasi di dekat perbatasan Suriah itu dilancarkan saat pasukan keamanan Irak, yang didukung oleh koalisi internasional pimpinan AS, secara serentak melancarkan serangan besar untuk mengusir ISIS dari sisa kubu mereka di pinggir barat Mosul. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement