Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri Rini Akan Buat Program Pertanian Kopi di Jayawijaya

Menteri Rini Akan Buat Program Pertanian Kopi di Jayawijaya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menghadiri pameran Indonesia CSR Exhibition (CEI) 2017 di Kartika Expo, Balai Kartini, Jakarta, Jumat (18/8/2017). Selain itu, Menteri Rini juga menjadi pembicara dalam seminar bertajuk Kinerja BUMN sebagai Strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN 2017 yang rangkaian dari kegiatan ICE 2017. | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Wamena -

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno dorong petani kopi lokal di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, untuk meningkatkan jumlah produksi kopi Arabika.

"Jadi kita ingin membuat program untuk kopi di Jayawijaya ini mungkin produksinya dapat ditingkatkan dan juga supaya pendapatan masyarakat lebih baik dari sebelumnya," kata Menteri Rini di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Selasa (22/8/2017).

Menurut dia, persoalan yang dihadapi oleh petani kopi di Jayawijaya sehingga kurang termotivasi untuk pengembangan kopi Arabika karena pemasaran.

"Salah satu permasalahannya biaya angkut ke kota itu mahal. Nah ini sedang kita carikan jalan supaya masyarakat Jayawijaya bisa mendapat keuntungan yang baik," katanya.

Menteri mengatakan sudah tiga bulan ia mengonsumsi kopi Arabika dan rasanya enak. "Memang saya sudah tiga bulan ini minum kopi dari sini karena saya sukanya kopi tubruk. Jadi keluar negeri pun saya bawa kopi karena memang enak," katanya.

Sebelumnya, Kepala Bappeda Kabupaten Jayawijaya Petrus Mahuze mengatakan pemkab tengah berupaya meningkatkan produksi kopi lokal Jayawijaya dengan varietas kopi Arabika yang diawali dengan pendataan ulang lahan milik petani kopi.

Menurut dia, setiap tahun produksi kopi Arabika kurang lebih 125,71 ton dan jumlah itu sangat terbatas dengan permintaan konsumen.

"Kita pacu terus karena dari sekitar 1.700-an hektare lahan kopi, ada ratusan hektare diantaranya tidak terawat," kata Petrus.

Menurut dia, dinas terkait sudah mulai mempersiapkan pemetaan lahan-lahan kopi yang belum terawat untuk ke depan dihidupkan kembali. "Demikian dengan pembentukan wadah untuk menampung hasil kopi petani dan penetapan harga," katanya.

Ia menjelaskan bahwa selama ini belum ada penetapan harga pasti, sehingga harga yang ditetapkan oleh masing-masing pengumpul berbeda. "Ke depan kita akan menetapkan harga yang berlaku sama, agar masyarakat tidak rugi untuk pengembangan budi daya kopi Arabika," katanya.

Pengurus yang nanti ditempatkan di wadah itu, lanjut dia lagi, akan mendatangi petani kopi mulai dari tingkat distrik hingga kampung-kampung. ?(CP/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: