Serangan ransomware (WannaCry dan Petya) beberapa waktu lalucukup menghebohkan, namun berkaitan dengan itu, ada pernyataan yang cukup menarik dari Menteri Komunikasi dan Informatika Ri Rudiantara.Beliau mengungkapkan bahwa para korban kebanyakan adalah perusahaan yang menggunakan sistem-sistem TI berbasis proprietary, sementara perusahaan yang menggunakan sistem berbasis open source lebih kebal.
Namun demikianmitos bahwa Software Open Source lebih tentan dibobol peretas belum juga reda meskipun kenyataanya banyakenterprise dari berbagai sektor industri sekala dunia justru menggunakan system ini.
?Open source tengah berkembang di ranah perusahaan enterprise, namun seringkali ketika masyarakat berpikir tentang open source, mereka khawatir dengan potensi terjadinya masalah-masalah keamanan. Namun, permasalahan keamanan itu hanyalah mitos belaka,? ujarRully Moulany, Country Managing Director PT Red Hat Indonesia beberapa waktu lalu .
Menurut Rully, justru sebaliknya, software open source dikembangakan secara terbuka dan taransparan, kode open source adalah bahwa komunitas pengembang yang beragam bekerja sama untuk menghadirkan solusi awal , namun mereka juga bekerja sama untuk memecahkan berbagai permasalahan dan menciptakan rilis-rilis baru. Hasilnya? Bug yang lebih sedikit dan perbaikan yang lebih cepat.
?Selain itu, para pengguna memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dan mengkritik kode sebenarnya, tidak hanya cara kerjanya, tapi bagaimana kode tersebut dirancang untuk berfungsi. Mengingat sifat dasar komunitas open source dan ketakutan akan hilangnya kredibilitas, para pengembang sangat berhati-hati dalam mengeluarkan kode atas nama mereka. Karena pekerjaan mereka terbuka untuk umum, baik terhadap kritik maupun evaluasi, para pengembang open source terus berupaya untuk mengembangkan produk yang akan membuat mereka merasa dihargai dan memberi kredibilitas bagi mereka dari sesama rekan open source,? tegas Rully.
Rully menguyngkapkan , karena sifatnya, open source dapat digunakan dalam dua cara pertama dengan cara bebas atau gratis dan dengan cara berlangganan. Rully menyebut untuk perushaan bersekala enterprise sudah tentu mereka memerlukan suport 24 jam selama 7 hari oleh karenannyamerekamenggunakanopen source dengan cara berlangaganan dari perusahaan yang terpercaya salah satunya PT Red Hat Indonesia. Untuk perusahaan sekala menegah kebawah Red Hat juga mensuport melalui kerja sama dengan perusahaan cloud yang ada ditanah air.
Red Hat berada di lini terdepan dalam inovasi open source. Open source memungkinkan pelanggan-perusahaan enterprise untuk menyesuaikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tanpa memaksa mereka untuk terkotak-kotak dalam menyelesaikan tantangan TI mereka.
Sifat kolaboratif open source menghilangkan ketergantungan terhadap vendor dan memungkinkan pengembangan yang cepat, sehingga menjadikan software open source sangat responsif terhadap kebutuhan perusahaan dan cepat merilis pembaruan produk, perbaikan, patch dan versi-versi terbaru yang stabil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement