Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinkes Bogor Upayakan Deteksi Dini Risiko PTM

Dinkes Bogor Upayakan Deteksi Dini Risiko PTM Kredit Foto: Hafit Yudi Suprobo
Warta Ekonomi, Bogor -

Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, ingin mengupayakan dalam meningkatkan kualitas kesehatan seluruh pegawai di lingkungannya dengan mencegah penyakit tidak menular melalui deteksi dini risiko.

"Deteksi dini risiko PTM diikuti seluruh pegawai Dinkes, total ada 150 orang, tapi baru 100 yang sudah menjalani pemeriksaan," ungkap Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Firy Triyanti di Bogor, Sabtu (9/9/2017).

Firy menjelaskan, deteksi dini risiko PTM dilakukan dua tahap. Tahap pertama diawali dengan deteksi dini faktor risiko PTM terhadap seluruh pegawai Dinkes yang dilaksanakan 23-24 Agustus 2017.

Kegiatan yang dilakukan, yakni pemeriksaan deteksi dini, mulai dari penimbangan berat badan, tinggi badan, ukur lingkar perut, tekanan darah dan melakukan wawancara riwayat penyakit terdahulu serta penyakit yang ada dalam keluarga.

"Setiap pegawai kita berikan buku saku kohort yang isinya jadwal dan hasil pemeriksaan deteksi dini," ungkap Firy.

Pemantau Latar belakang dilakukannya deteksi dini faktor risiko PTM untuk seluruh pegawai Dinkes karena seluruh pegawai Dinkes adalah pemantau kesehatan masyarakat, sudah selayaknya memiliki kesehatan yang layak.

Dirinya juga mengatakan, selain pemeriksaan dasar, pegawai Dinkes juga diwajibkan memeriksakan gula darah, cek kolesterol, kolesterol HDL, angka kolesterol LDR, rasio kolesterol, angka kolesterol treegliserit, tes pernafasan dan sperometri.

"Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku kohort deteksi dini," ujarnya.

Pemeriksaan sperometri dilakukan untuk melihat kapasitas paru-paru apakah masih maksimal atau sudah berkurang. Bagi seorang perokok, kapasitasnya berbeda dengan orang yang tidak merokok.

"Untuk mengetahui mereka merokok atau tidak, kami lakukan pemeriksaan CO analizer test guna mengetahui kadar karbon monoksida dalam tubuhnya, kalau angkanya di level enam, sudah merah artinya perokok berat," katanya.

Pegawai Dinkes Kota Bogor juga diharuskan menjalani tes kesehatan jiwa, dengan mengisi kuisioner RSQ 20, untuk melihat apakah orang tersebut sedang mengalami depresi atau tidak.

"Kalau ada yang kedapatan depresi langsung dilakukan konseling. Kita intervensi meringankan bebannya, mengetahui penyebab depresinya dan mencari solusinya," kata Firy.

Setelah menjalani tes kesehatan jiwa, pegawai Dinkes juga menjalankan tes EKG untuk melihat kondisi jantungnya. Jika hasil EKG jelek dilanjutkan dengan olahraga ringan guna memastikan kondisi jantung sedang bermasalah atau tidak. Untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seluruh pegawai tersebut, Dinkes Kota Bogor menurunkan enam dokter. Hasil pemeriksaan akan dirangkum guna mengetahui faktor resiko PTM terhadap pegawai tersebut.

"Bagi yang kondisi kesehatannya bermasalah akan diberikan rekomendasi oleh dokter untuk menjalankan pola hidup sehat, mengontrol setiap saat kondisi kesehatannya dan mengurangi faktor risikonya," katanya.

Tahap kedua dari deteksi dini faktor risiko PTM, Dinas Kesehatan Kota Bogor melaksanakan senam kebugaran setiap Jumat yang diikuti seluruh pegawai.

"Pegawai Dinkes berperan untuk menjaga kesehatan masyarakat Kota Bogor secara umum, untuk itu sebelum menyehatkan masyarakat mereka harus sehat terlebih dahulu," katanya.

Firy menambahkan, penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, darah tinggi dan stroke bisa dicegah, cara mencegahnya mudah dengan menerapkan gaya hidup sehat, makan gizi berimbang, aktif berolahraga, tidak merokok dan minum-minuman beralkohol, istirahat cukup.

"Alangkah baiknya melakukan pencegahan dari pada mengobati," pungkas Firy. (HYS/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: