Warta Ekonomi, Makassar -
Manajemen AirNav Indonesia siap mengantisipasi kemungkinan terburuk atas aktivitas vulkanik Gunung Agung. Bila pada akhirnya Gunung di Pulau Dewata itu meletus dan menyemburkan abu vulkanik, pengalihan jalur penerbangan sudah disiapkan. Termasuk langkah-langkah strategis bila semburan abu vulkanik mengharuskan Bandara I Ngurah Rai ditutup untuk sementara waktu.
"Kami memahami dampak aktivitas vulkanik Gunung Agung bila terus meningkat bisa saja membuat bandara di Bali ditutup. Untuk itu, langkah-langkah penanganan dipersiapkan sesuai prosedur, termasuk menyiapkan jalur alternatif bagi penerbangan yang menuju ke Bali," kata Koordinator ATS Regional AirNav Indonesia Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center (MATSC), Wawan Hermawan, belum lama ini.
Menurut Wawan, operator maupun maskapai penerbangan terus mengikuti perkembangan Gunung Agung. Seperti halnya AirNav yang terus berkoordinasi sekaligus menunggu laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). "Kalau misalnya (Bandara I Ngurah Rai) ditutup, penerbangan akan dialihkan. Kan setiap penerbangan itu sudah diatur adanya rute alternatif bila bandara tujuan tidak memungkinkan," jelasnya.
Hingga kini, AirNav memang belum menerbitkan peringatan kepada pilot alias Notice To Airman terkait Gunung Agung. Pasalnya, aktivitas vulkanik dianggap belum membahayakan keselamatan penerbangan. Penerbitan Notam hanya akan dilakukan bila PVMBG atau pilot yang sempat melintas melaporkan terkait bahaya keselamatan penerbangan di atas Gunung Agung yang kini berstatus siaga.
Berdasarkan prosedur, AirNav bisa melakukan proteksi zona dengan radius 60 kilometer dengan ketinggian tertentu dari sumber bahaya. Seluruh pesawat yang melintas di jalur penerbangan itu akan dialihkan. Selanjutnya, AirNav akan berkoordinasi dengan instansi terkait, dimana memungkinkan untuk menutup lebih luas ruang udara bergantung kondisi atas dampak aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Hingga kini, aktivitas vulkanik Gunung Agung terus dipantau oleh PVMBG. Pemantauan dilakukan selama 24 jam. Sejauh ini, PVMBG sebatas memberikan rekomendasi agar warga tidak beraktivitas dalam radius 6 kilometer dari puncak Gunung Agung atau pada elevasi 950 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk lalu lintas penerbangan, baik domestik maupun internasional, masih berlangsung normal.
Gunung Agung diketahui terakhir kali meletus rentang 1963-1964. Pada letusan Gunung Agung kala itu, proyektil material yang dilontarkan sejauh 6 kilometer dengan volume erupsi mencapai 0,84 kilometer kubik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement