Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Ada Peluang untuk Pertumbuhan Ekonomi Domestik yang Kuat

BI: Ada Peluang untuk Pertumbuhan Ekonomi Domestik yang Kuat Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia meyakini bahwa resiliensi perekonomian Indonesia kian membaik. Hal itu ditandai dengan pencapaian inflasi yang rendah sesuai target dalam tiga tahun terakhir, neraca transaksi berjalan pada tingkat yang sehat, aliran masuk modal asing yang tinggi, nilai tukar Rupiah yang stabil, cadangan devisa yang mencapai rekor tertinggi, serta stabilitas sistem keuangan yang terjaga. 

Ke depannya, BI memandang bahwa di tengah berlangsungnya perbaikan ekonomi global dan terjaganya stabilitas perekonomian domestik, terbuka peluang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih kuat dan berkelanjutan melalui penguatan pelaksanaan reformasi struktural.

Direktur Eksekutif Bank Indonesia Agusman mengatakan sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai, baik yang bersumber dari global terkait normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju, geopolitik, dan kenaikan harga minyak dunia, maupun dari dalam negeri terutama terkait konsolidasi korporasi yang terus berlanjut, intermediasi perbankan yang belum kuat, dan risiko inflasi. 

"Untuk itu, BI akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung," katanya di Jakarta.

Di samping itu, lanjutnya, Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Perihal pemulihan ekonomi global terus berlanjut diikuti dengan harga komoditas global yang tetap tinggi. 

Agusman menuturkan, pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini diperkirakan relatif sama seperti tahun sebelumnya, dengan peningkatan sumber pertumbuhan yang berasal dari negara berkembang. Di negara maju, pertumbuhan ekonomi AS terus berlanjut ditopang konsumsi dan investasi. 

Sejalan dengan perkembangan tersebut, suku bunga Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan akan kembali meningkat disertai penurunan neraca bank sentral sesuai rencana. Di sisi lain, pemulihan ekonomi Eropa diperkirakan sedikit tertahan dibayangi risiko politik di kawasan. 

Ekonomi Jepang 2018 diperkirakan tumbuh melambat karena kendala struktural aging population dan stimulus fiskal yang semakin terbatas. Sementara di negara berkembang, ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh melambat pada 2018 seiring dengan perlambatan investasi akibat kebijakan pengetatan properti dan deleveraging. Ekonomi India diperkirakan mulai pulih seiring hilangnya dampak demonetisasi dan penerapan sistem pajak baru. 

Secara keseluruhan, terdapat potensi pertumbuhan ekonomi global yang lebih tinggi terutama terkait dampak positif reformasi pajak terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Berlanjutnya pemulihan ekonomi global tersebut akan mendorong volume perdagangan dunia dan harga komoditas global, termasuk minyak, yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: