Pemerintah Upayakan Program Strategis Genjot Pertumbuhan Kewirausahaan Nasional
Mantan Menteri di era Orde Baru yang juga tokoh wirausaha di Podomoro University, Cosmas Batubara menekankan pentingnya kewirausahaan masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional dan mata kuliah di perguruan tinggi.
"Pelatihan kewirausahaan harus kita lakukan di semua kampus. Bahkan, perguruan tinggi harus sudah memiliki mata kuliah kewirausahaan. Negeri ini harus banyak melahirkan wirausaha dari rahim perguruan tinggi," kata Cosmas dalam acara National Startup Summit (NSS) 2018 dengan tema Startup for All, di Convention Hall ICE, BSD City, Tangerang, Selasa (6/2/2018).
Cosmas menunjuk kemajuan Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah seperti Indonesia. "Namun, Jepang mampu mencetak generasi mudanya menjadi wirausaha. Jadi, Jepang masuk ke dalam kategori negara maju karena banyak memiliki wirausaha, sudah 10% rasio kewirausahaan dari total jumlah penduduk, sedangkan Indonesia masih di kisaran 3%," jelas Cosmas.
Untuk itu, dalam mengembangkan dan memajukan kewirausahaan, khususnya bisnis startup yang sedang marak di Indonesia, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram menyampaikan bahwa pihaknya memiliki program strategis dalam hal mencari bakat wirausaha di kalangan anak muda, yakni dengan pelatihan, kompetisi, pemberian award, hingga pemberian kemudahan (fasilitas).
"Tahun ini kita akan menjaring ribuan wirausaha pemula yang nantinya akan kita beri permodalan maksimal Rp13 juta per orang. Kita juga ada kredit usaha rakyat atau KUR dengan bunga 7% per tahun dan dana bergulir dari LPDB KUMKM dengan bunga 4,5% per tahun. Kemenkop dan UKM juga memiliki program pelatihan kewirausahaan," papar Agus dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, keberadaan startup diperlukan untuk menjual produk-produk dari Industri Kecil dan Menengah (IKM) serta menumbuhkan perdagangan melalui e-commerce.
"Kita mengedukasi para IKM di Indonesia untuk memasarkan produknya melalui marketplace. Kita sudah bekerja sama dengan lima marketplace seperti BliBli, Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Blanja," kata Gati.
Oleh karena itu, lanjut Gati, pihaknya memiliki konsep pengembangan para IKM, yaitu e-Smart IKM. "Kita fokus kepada sembilan komoditi yang kita masukkan ke dalam sentra-sentra, yaitu makanan, minuman, logam, kosmetik, perhiasan, kerajinan, herbal, suku cadang kendaraan, furnitur, hingga fesyen. Kita akan mengembangkan industri yang memiliki bahan baku lokal," kata dia.
Gati menambahkan, Kemenperin memberikan berbagai fasilitasi bagi pengembangan IKM, seperti pengurusan hak cipta (HAKI), SNI, dan Klinik Kemasan.
"Produk IKM yang tidak laku dijual di marketplace akan kita kumpulkan untuk dibina. Kita akan analisa mengapa sampai tidak laku. Apakah karena faktor bahan baku, SDM-nya, atau apa. Kita akan bina dan kasih pelatihan secara kontinu sampai mereka mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi dan laku dijual di marketplace," pungkas Gati.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah