Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mengatakan nilai impor Provinsi Lampung pada Januari 2018 mencapai US$231,93 juta atau naik 1,19 persen dibanding Desember 2017.
"Sedangkan nilai impor Januari 2018 tersebut turun 1,74 persen jika dibanding Januari 2017," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Lampung Bambang Widjonarko, di Bandarlampung, Jumat (16/2/2018).
Ia menyebutkan, dari lima golongan barang impor utama pada Januari 2018, tiga di antaranya mengalami peningkatan, yaitu masing-masing mesin-mesin/pesawat mekanik naik 233,09 persen, ampas/sisa industri makanan naik 44,37 persen, dan pupuk naik 17,64 persen.
Bambang menjelaskan, adapun dua golongan barang impor utama, yang mengalami penurunan masing-masing adalah binatang hidup yang turun 50,68 persen, dan gula dan kembang gula turun 35,34 persen.
Menurutnya, kontribusi lima golongan barang utama terhadap total impor Provinsi Lampung pada Januari 2018 mencapai 29,16 persen, dengan rincian gula dan kembang gula 7,59 persen, ampas/sisa industri makanan 7,08 persen, pupuk 5,05 persen, mesin-mesin/pesawat mekanik 4,85 persen, dan binatang hidup 4,59 persen.
Kabid Statistik Distribusi BPS itu mengatakan negara pemasok barang impor ke Provinsi Lampung pada Januari 2018 menurut kelompok negara utama berasal dari Uni Emirat Arab sebesar 52,84 juta dolar AS. Kemudian, Amerika Serikat $38,95 juta, Iran 28,46 juta, Argentina 11,65 juta, dan Australia 10,89 juta.
"Jika dilihat menurut kelompok negara, impor terbesar berasal dari kelompok negara utama lainnya yang mencapai $142,79 juta, kemudian diikuti ASEAN $58,79 juta dan Uni Eropa $3,72 juta," katanya.
Kontribusi impor Provinsi Lampung selama Januari 2018 dari total negara utama mencapai 88,52 persen, terdiri dari kelompok negara utama lainnya 61,57 persen, kawasan ASEAN 25,35 persen, dan kelompok Uni Eropa 1,61 persen.
"Total Impor dari negara utama Januari 2018 mencapai US$205,31 juta," ujarnya. (FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: