Australia mengatakan pada hari Selasa (27/3/2018) akan mengusir dua diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan racun saraf terhadap mata-mata Rusia di Inggris di mana pemerintah Inggris langsung menyalahkan Moskow atas insiden tersebut dan mengisyaratkan kemungkinan boikot keikutsertaannya di Piala Dunia.
Amerika Serikat juga mengatakan pada hari Senin (26/3/2018) akan mengusir 60 diplomat Rusia, bergabung dengan pemerintah di seluruh Eropa dalam menghukum Kremlin. Secara total, 100 diplomat Rusia telah dipulangkan, upaya tersebut merupakan upaya pengusiran Barat terbesar terhadap para diplomat Rusia sejak puncak Perang Dingin.
"Bersama dengan Inggris, sekutu dan mitra lainnya, Australia mengambil tindakan sebagai tanggapan terhadap serangan racun saraf baru-baru ini di Salisbury, Inggris," Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengumumkan dalam sebuah pernyataan.
"Dua diplomat Rusia yang diidentifikasi sebagai petugas intelijen yang tidak dideklarasikan akan diusir oleh pemerintah Australia karena tindakannya tidak konsisten dengan status mereka, sesuai dengan Konvensi Wina," tambahnya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (27/3/2018).
Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengatakan ada kemungkinan tindakan lain, seperti Australia memboikot Piala Dunia 2018 di Rusia.
“Ada berbagai pilihan tindakan lebih lanjut yang bisa diambil. Boikot Piala Dunia adalah salah satu tindakan lebih lanjut yang bisa diambil terkait dengan masalah ini,” tutur Menlu Julie Bishop kepada wartawan di Canberra.
Badan pengatur sepakbola Australia mengatakan bahwa sejauh yang dikhawatirkan, Piala Dunia akan berjalan seperti yang direncanakan.
"Ketika semuanya berjalan, semua tim yang memenuhi syarat, termasuk tim Inggris, akan mengambil bagian dalam acara FIFA ini dan itu terus menjadi niat kami," tutur Federasi Sepakbola Australia dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.
Australia telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia setelah menundukkan Malaysia Airlines Flight MH17 dan pencaplokan Rusia atas bagian-bagian Ukraina pada tahun 2014. Perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, Penerbangan MH17 ditembak jatuh pada tahun 2014, dengan menewaskan 298 penumpang termasuk awak kabin. Sebagian besar korban adalah warga Belanda dan 28 orang Australia.
Jaksa internasional menyimpulkan pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal yang ditembakkan dari peluncur yang dibawa ke Ukraina dari Rusia dan terletak di sebuah desa yang dikuasai oleh pemberontak pro-Rusia, bertentangan dengan pernyataan Moskow bahwa militer Ukraina yang telah menembak jatuh pesawat tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo