Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jurus Ampuh Menjadi Juara Unitlink di Dunia Asuransi

Jurus Ampuh Menjadi Juara Unitlink di Dunia Asuransi Prudential Indonesia | Kredit Foto: Prudential Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

“Tawarkan...tawarkan... tawarkan...” demikian ucap Tung Desem Waringin dengan intonasi yang semakin tandas dalam sebuah video yang diunggah di YouTube kepada para agen asuransi. Memang, agen asuransi harus terus menawarkan dan jangan gampang kendur dan baper saat orang menolak produk asuransi yang ditawarkan. Agen asuransi wajib menawarkan, sedangkan masyarakat yang ditawarkan berhak untuk menolak produk tersebut.

Kita semua, termasuk agen harus memahami bahwa asuransi bukan layanan untuk hari ini, tetapi inilah perencanaan keuangan untuk masa depan, jangka panjang. Oleh karena itu, pemahaman ini pula yang harus dipahami para pemasar bahwa tingkat pemahaman konsumen untuk perencanaan masa depan berbedabeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.

Agen asuransi di perusahaan asuransi jiwa masih menjadi jalur pemasaran yang sangat efektif. Agen masih menjadi ujung tombak perusahaan dalam menghubungkan produk-produk asuransi dengan konsumen. Prudential Life Assurance (PLC) atau Prudential Indonesia—dengan aset terbesar dan pendapatan premi teratas di asuransi jiwa—mayoritas ditopang oleh agen. Dengan jumlah agen sekitar 277 ribu, perusahaan yang dipimpin oleh Jens Reisch ini telah menguasai marketshare premi sekitar 15,96% pada tahun 2016 di Indonesia.

Berdasarkan penguasaan pasar premi unit link, Prudential Indonesia menguasai pasar sebesar 27,93% pada tahun 2016. Malahan pada tahun-tahun sebelumnya, Prudential menguasai pasar di atas 36%. Sampai dengan Januari 2018, perusahaan asuransi jiwa ini memiliki 20 produk unit link. Potensi jenis produk asuransi dengan kombinasi investasi ini masih akan menangkap pasar lebih besar dalam masa mendatang.

Jens Reisch mengatakan, beberapa tahun yang lalu saat datang ke Indonesia, deposito 10%—11%, sekarang mungkin deposito di bawah 6%. Ia juga melihat perjalanan investment link dalam 10—15 tahun mungkin satu atau dua kali minus. Akan tetapi, melihat perjalanan secara menyeluruh dan year to dateinvestment link paling bagus. Selain itu, unit link dinilai sebagai produk yang paling customer friendly. Nasabah memiliki beberapa pilihan baik proteksi maupun investasi. “Prudential kita planning untuk masa akan datang tetap ekspansi investment link,” tandas Presiden Direktur Prudential Indonesia.

Produk unit link di Indonesia memang produk yang digemari oleh para nasabah. Nilai premi unit link yang berkecenderungan selalu naik di atas produk asuransi tradisional. Tahun 2016, premi unit link mencapai nilai Rp87,72 triliun atau dengan pertumbuhan sebesar 28%. Pertumbuhan yang sangat signifikan. Berbeda dengan produk tradisional yang mengumpulkan premi sebesar Rp78,53 triliun atau tumbuh sebesar 19,4%

Berbeda dengan Prudential Indonesia, pada tahun tersebut, premi unit link mereka sedikit tergerus, turun sekitar 1% dibandingkan dengan premi unit link tahun 2015 yang mereka peroleh. Tentunya, Prudential lebih agresif pada tahun 2017 dan 2018. Produk unit link Prudential yang menjadi jawara versi Infovesta, antara lain PRUlink Syariah Rupiah Asia Pacific Equity Fund dengan return 26,56% dan PRUlink Rupiah Indonesia Greater China Equity Fund dengan imbal hasil 25,05%.

Produk tersebut dibuntuti oleh AIA Financial dengan produk IDR China India Indonesia Equity Fund dengan imbal hasil 24,63% dan produk besutan Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha bernama Wal Equity Fund dengan imbal hasil 24,32%. Adapun produk Prudential lainnya yang terbaik memberikan imbal hasilnya dengan imbal hasil di bawah dua kompetitor tersebut adalah PRUlink US Dollar Indonesia Greater China Equity Fund dengan imbal hasil sebesar 24,03%.

Prudential Indonesia mengantongi premi dengan sokongan terbesar dari unit link. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi premi bersumber dari unit link, rata-rata 92% dari total premi yang dikantonginya. Bagaimanapun unit link memang produk asuransi yang dinilai memiliki kadar efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan produk asuransi tradisional. Oleh karena itu, mayoritas pemain asuransi joint venture (JV), termasuk Prudential Indonesia, lebih suka memasarkan produk-produk perkawinan proteksi dan investasi. Bahkan, mereka berkecenderungan meninggalkan pasar produk asuransi tradisional. Dari total premi unit link sebesar Rp72,92 triliun pada kuartal III tahun 2017, menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim, sekitar 90% dari JV. 

Ketua Umum AAJI melihat efisiensi unit link tampak dari kewajiban yang diberikan kepada nasabah. Saat memberikan pengharapan imbal hasil dari unit link, sebenarnya kewajiban tersebut sudah dialihkan ke manajer investasi yang mengelola investasi mereka. Selain itu, perusahaan yang menawarkan unit link juga memperoleh komisi yang akan menambah pendapatan perusahaan tersebut

Berbeda dengan produk tradisional yang harus memenuhi kewajiban dengan garansi semisal perusahaan asuransi yang menawarkan produk tradisional menawarkan imbal 9% maka kewajiban sebesar tersebut harus dipenuhinya kepada nasabah. 

Namun, untuk menjadi raja di produk unit link membutuhkan prasyarat yang banyak. Mulai dari inovasi produk, teknologi, branding, edukasi, hingga tenaga pemasar yang kuat. Terlepas itu, ada juga faktor jaringan internasional (induk) yang berkontribusi terhadap perusahaan joint venture dalam pengembangan produk berbasis investasi dan proteksi tersebut. Prudential Indonesia adalah yang berhasil mengantarkan produk-produk tersebut ke pasar dan berhasil merangsek pasar hingga ke daerah-daerah.

Prudential Indonesia sudah berkibar di mana-mana. Penetrasi tersebut akan semakin mempercepat pula literasi dan inklusi perasuransian di Indonesia. Berbekal jumlah agen sebanyak 277 ribu dan 409 kantor agen di 169 kota, Prudential terus memperdalam pasarnya. Sampai dengan saat ini, jumlah nasabah sudah mencapai 2,3 juta dan jumlah polis aktif sebanyak 3,3 juta.

Sementara, jalan berbeda ditempuh oleh Asuransi Jiwasraya. Perusahaan BUMN ini lebih memilih fokus menggarap pasar-pasar tradisional. Bukan antipati dengan unit link dan cinta mati dengan produk asuransi tradisional, tetapi kesadaran terhadap kekuatan yang dimiliki dan kepercayaan diri lebih unggul di produk tradisional yang membuat fokus tersebut. Pada saat banyak perusahaan JV yang tidak tertarik menggarap produk tersebut, Jiwasraya justru memperkuat produk-produk tradisionalnya. BUMN asuransi ini tetap belajar mencetak dan memasarkan produk unit link, tetapi tidak seagresif memasarkan produk tradisionalnya.

“Kami ingin tahun ini kalau bisa minimal 5% (unit link –Red) dari premi bruto,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Jiwasraya, Muhamad Zamkhani.

Zamkhani mengakui bahwa unit link masih kecil sekali karena terkait frontline agen yang dimiliki perusahaan. Namun, kalau urusan employee benefit, ia mengklaim masih menang. Begitu pula peluangnya yang masih banyak sekali, terutama di perusahaan-perusahaan BUMN. Apalagi Menteri BUMN selalu mendengungkan sinergi. Itulah peluangnya yang dapat memperkuat sebagai pemain produk employee benefit. Selama ini, dari 118 BUMN baru 32 BUMN yang kerja sama dengan Jiwasraya. Hanya tantangannya, Jiwasraya juga harus berebut kue employee benefit dengan anak-anak BUMN, seperti Taspen Life, BNI Life, maupun AXA Mandiri.

Oleh karena itu, Jiwasraya membidik pasar ke depan pada pasar yang preminya banyak. Dengan demikian, Jiwasraya lebih leluasa mengelola untuk menghasilkan yield yang tinggi. Pasalnya, keuntungan asuransi intinya dari dua: mortality gain dan investment gain

Dalam persaingan perasuransian di Indonesia, pada prinsipnya bertempur di medan yang sama, tidak mengenal perusahaan kecil, besar, local company, JV, maupun BUMN. Semuanya playing on the same field. Oleh karena itu, masing-masing harus bermain dalam keunggulannya masing-masing. Yang jago unit link harus habis-habisan memenangkan pasar unit link, sedangkan yang jago membesut produk tradisional juga harus mati-matian memenangkan pasarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: