PT Indo Premier Sekuritas (Indo Premier) menyatakan total dana kelolaan 16 Exchange Trade Fund (ETF) sebagai dealer partisipan telah berhasil mencatatkan nilai sebesar Rp6,45 triliun akhir April 2018.
Direktur Indo Premier Sekuritas Noviono Darmosusilo mengungkapkan dari jumlah tersebut, senilai Rp5,37 triliun merupakan dana kelolaan dari 15 ETF saham.
"Perlu diakui, dana kelolaan ETF memang tumbuh agresif mengingat pada 2013 silam total kelolaannya baru di angka Rp456 miliar," terangnya pada saat konferensi pers Forum ETF Indonesia 2018 di Ballroom The Ritz Carlton Pacific Place Kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Tak hanya dana kelolaan, lanjutnya, jumlah investor kelembagaan ETF Indo Premier sebagai dealer partisipan juga meningkat signifikan dari 40 investor institusi pada menjadi investor institusi pada 2018 ini.
Ia menceritakan ETF muncul pertama kali pada 2007. Perkembangan produk ETF ini tumbuh pesat di Indonesia. Hingga saat ini terdapat 17 produk ETF yang sudah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia dan Indo Premier menjadi dealer partisipan untuk 16 dari 17 ETF yang ada.
Dari 17 produk ETF tersebut, 9 ETF dikelola PT Indo Premier Investment Management (IPIM) yang notabene anak perusahaan Indo Premier, 5 ETF dikelola PT Pinnacle Persada Investama, 1 ETF dikelola PT Batavia Prosperindo Asset Management, 1 ETF dikelola PT Danareksa Investment Management, dan 1 ETF dikelola PT Bahana TCW Investment Management.
"ETF berbasis saham pertama kali muncul di Indonesia atas inisiatif Indo Premier dengan produk perdananya yang bernama Premier ETF LQ45 dengan tanggal pencatatan pada 18 Desember 2007," tegasnya.
Ia mengakui Indo Premier Investment sebagai manajer investasi yang paling agresif dan terdepan di ETF berbasis saham yang mengacu pada indeks perdagangan BEI. Total ETF berbasis saham keluaran IPIM sudah mencapai 8 produk saat ini, lima di antaranya adalah ETF berbasis saham yang mengacu ke indeks. Kedelapan reksa dana ETF tersebut berdenominasi rupiah dengan bank kustodian Deutsche Bank AG, Cabang Jakarta.
Menurutnya, laju pertumbuhan ETF di Indonesia ini berbanding lurus dengan pemahaman para investor institusi yang semakin berkembang mengenai keunggulan instrumen investasi.
ETF sebagai instrumen investasi reksa dana memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan reksa dana konvensional seperti likuiditas ETF tersedia sepanjang perdangangan bursa, fleksibel dapat dilakukan subscriptiorvredemption setiap saat sepanjang perdagangan bursa, transparan dengan menampilkan seluruh informasi saham-saham underlying ETF dan komponen kas, biaya transaksi tidak dibebankan kolektif, tapi hanya ditanggung oleh masing-masing investor, pengawasan berlapis oleh OJK, BEI, dan dealer partisipan.
"Dengan bermacam keunggulan ETF ini, sudah sepantasnya investor berlomba berinvestasi di ETF," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: