Pantai losari Makassar, Sulawesi Selatan, kini mulai tercemar akibat banyaknya sampah plastik yang mengapung di pinggir pantai akibat perilaku masyarakat membuang sampah di laut, termasuk dampak dari reklamasi Central Poin of Indonesia (CPI).
"Biasanya, saya mancing di sekitar bibir pantai losari, tapi kenapa sekarang ini banyak sampah plastik seperti botol, gelas minuman, dan pembungkus plastik mengapung di pinggir pantai. Tidak tahu datang dari mana, siapa membuang sampah di laut," beber Daeng Ngunjung saat ditemui di sela memancing, Sabtu (19/5/2018).
Terlihat jelas sampah plastik ini berserakan dalam kondisi mengapung di bibir pantai Losari, persis di samping Makassar Golden Hotel, Jalan Pasar Ikan. Limbah plastik ini terlihat menumpuk di daerah itu.
Maraknya pedagang kaki lima di sekitar anjungan Losari sejak Ramadan ditambah perilaku pengunjung di area publik itu membuang sampah menambah beban sampah hingga menumpuk di pinggir laut sehingga merusak pesona di bibir pantai setempat.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulsel, Muhammad Al Amin, menyatakan protes kerasnya terhadap perilaku buruk masyarakat yang dengan sengaja membuang sampah plastik ke pantai Losari, termasuk hadirnya proyek reklamasi CPI berhadapan dengan anjungan Losari.
Menurutnya, reklamasi pantai di Makassar selama ini telah menimbulkan multiefek. Bukan hanya di sekitar anjungan pantai Losari, melainkan di pulau-pulau kecil yang jaraknya sangat dekat dari lokasi proyek dan telah menimbulkan masalah baru yang begitu kompleks.
"Selain sampah plastik yang menggenang bibir pantai Losari, kini sudah terjadi juga kerusakan pada bibir pantai akibat terkikis oleh terpaan ombak. Mulai dari erosi, abrasi, serta banjir. Ini adalah suatu hal yang pasti di tengah berjalannya penimbunan laut pada reklamasi itu," tegasnya.
Selain itu, Walhi Sulsel memprediksi sejalan dengan proyek reklamasi yang terus berlanjut. Maka, tentu luasan lokasi abrasi dan erosi akan terus mengalami peningkatan seiring perluasan penimbunan yang tidak dihentikan, namun malah dilanjutkan.
"Selain itu, kami sangat sesalkan perilaku masyarakat yang belum arif terhadap sampah plastik yang sengaja dibuang ke laut. Belum lagi dengan tidak seriusnya Pemerintah Kota Makassar yang membiarkan sampah-sampah menggenangi pantai," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, dua hal ini sangat berhubungan. Perilaku masyarakat yang buruk terhadap sampahnya sendiri serta sikap dan upaya pemerintah yang tidak agresif dalam mengelola sampah. Akhirnya, pantai menjadi tempat sampah.
Tidak hanya itu, masih berhubungan dengan proyek reklamasi CPI, pihaknya masih menunggu hasil evaluasi Pejabat Gubernur Sulsel, Soni Sumarsono, terhadap proyek CPI, baik soal keputusan kerja sama dengan PT KSO Yasmin-Ciputra Grup maupun soal kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Pihaknya menduga Pejabat Gubernur tidak serius mengkaji proyek CPI sebab hingga kini, belum ada penjelasan resmi dari Pemprov terkait hasil konsultasinya dengan DPRD Sulsel.
"Kami berharap Pak Soni mengerjakan apa yang telah ia ucapkan, berbuat apa yang telah ia janjikan. Juga tidak lupa saya menyarankan ke beliau agar berhati-hari dengan proyek CPI," ucap dia.
Bahkan, rencana Soni Sumarsono mengganti nama Wisma Negara menjadi gedung pinisi bukan hal yang subtantif karena dinilai ada upaya memelintir kasus CPI agar tidak ditindaklanjuti proses hukumnya. (FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah