Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AP II: Standar Global Bukan Pilihan, tapi Harga Mati

AP II: Standar Global Bukan Pilihan, tapi Harga Mati Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bandara Soekarno-Hatta yang dikelola oleh Angkasa Pura II telah dinobatkan sebagai salah satu bandara tersibuk di dunia. Ranking yang dirilis oleh Airports Council International (ACI) pada awal April 2018 mendudukkan posisi bandara Soekarno-Hatta pada peringkat 17 bandara tersibuk dengan jumlah penumpang 63 juta atau tumbuh sekitar 8,3%. Lalu lintas penumpang di bandara tersebut berada di atas bandara Singapore Changi Airport dan Incheon International Airport. Jumlah penumpang yang masuk ke masing-masing bandara tersebut berjumlah 62,22 juta dan 62,16 juta penumpang.

Predikat tersebut akan menjadi pelecut bagi Angkasa Pura II untuk menjadi bandara yang tidak hanya menjadi tersibuk saja. Perseroan harus mengimbangi keunggulan tersebut dengan servis yang efisien dan pelayanan excellent yang tersistem. 

Medan perang bisnis bandar udara bukan lagi berbicara tingkat nasional, tapi persaingan regional maupun global. Pasalnya semua bandara yang ada di dunia sangat mudah untuk diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya. Konsumen atau penumpang pesawat akan sangat mudah menilai kondisi bandara, mulai dari kenyamanan dan keamanan hingga tempat perbelanjaan yang menarik akan sangat mudah diperbandingkan oleh para penumpang yang berada di bandara tersebut.

“Bandara adalah yang sangat comparable dan benchmarkable,” kata Chief Executive Officer (CEO) Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin. 

Menurut Awaluddin, bandara di manapun harus mengacu standar global, bukan tidak menghargai local standard. Komitmennya adalah lima belas bandara, termasuk Bandara Kertajati dan Majalengka akan mengacu standar global.

Tidak akan ada pengecualian, sekalipun ada bandara yang kecil. Sebut saja salah satunya bandara Silangit yang berada di dekat Danau Toba. Apalagi, bandara tersebut melayani penerbangan langsung rute Singapura-Silangit-Singapura.

Oleh karena itu, Angkasa Pura II harus terus melakukan transformasi untuk konsisten dan berkelanjutan naik kelasnya di antara bandara di dunia. Angkasa Pura harus mengejar dalam banyak hal agar sejajar dengan bandara di luar negeri yang mengacu acuan berskala global. Skytrax memberikan sertifikasi kepada bandara dengan menyematkan bintang yang paling tinggi sebanyak lima bintang. Banyak parameter yang menjadi pertimbangan Skytrax menyematkan bintang kepada bandara di seluruh dunia mulai dari pelayanan pemberangkatan, kedatangan & transit, serta masih banyak lagi parameter lainnya.

Dari 13 bandara yang sampai saat ini dikelola oleh Angkasa Pura II, hanya Kualanamu International Airport dan Jakarta Soekarno-Hatta Airport yang sudah mendapatkan sertifikat dengan bintang masing-masing empat dan tiga.

Apabila dibandingkan dengan bandara Changi dan Incheon, Angkasa Pura II masih harus bekerja keras untuk meraih lima bintang dari Skytrax. Bandara Changi yang memiliki empat terminal, semuanya diganjar lima bintang. Hampir semua indikator yang digunakan oleh Skytrax untuk menilai bandara tersebut sempurna dengan bintang lima. Mulai dari transportasi darat, kedatangan, keberangkatan, transit hingga fasilitas belanja di Changi meraih bintang empat dan lima.

Citra yang semakin baik akan menjadi tolok ukur kepuasan dari para pengunjung, baik penumpang maupun orang lainnya yang berada di bandara. Langkah-langkah yang dilakukan Angkasa Pura II dengan meletakkan tiga game changers sebagai acuan akan menyempurnakan posisi Perseroan di antara kompetitor lainnya di regional maupun dunia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: