Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Sukses Pengrajin Songket Pandai Sikek yang Tampil di Indonesia Pavilion

Kisah Sukses Pengrajin Songket Pandai Sikek yang Tampil di Indonesia Pavilion Kredit Foto: Kementerian BUMN
Warta Ekonomi, Nusa Dua -

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai agent of development menghadirkan stan Rumah Kreatif BUMN (RKB) di Indonesia Pavilion, pada Annual Meeting IMF – WB 2018. Salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergabung di program RKB dan berkesempatan tampil di Indonesia Pavilion adalah Pusako Minang.

UMKM yang dikelola oleh seorang wanita bernama Dila ini memproduksi tenun songket Pandai Sikek (Songket Pandai Singke) dari Sumatera Barat (Sumbar). Ia mengaku menjadi pengrajin Songket Pandai Sikek sejak 2008 di tanah kelahirannya, Tanah Datar, Sumbar.

“Ketika itu, saya hanya memproduksi sarung dan selendang saja, karena jumlah pengrajinnya terbatas. Tapi kemudian saya mendengar informasi tentang RKB yang membuka pelatihan bagi pengusaha muda dan saya ikut serta,” ujarnya memulai cerita dalam di Indonesia Pavilion, Nusa Dua, beberapa waktu yang lalu.

Pelatihan waktu itu, lanjut Dila, diadakan selama enam bulan bersama para pelaku UMKM lainnya di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Selama pelatihan di RKB, tokonya di Pandai Sikek tetap beroperasi. Kala itu sekitar 30-40 sarung dan selendang terjual per bulannya.

Ketika pelatihan selesai, Dila yang bergabung di RKB pada 2010 itu memberanikan diri membuka toko di sebuah mal di Jakarta, pada 2011.

“Di situlah saya memberanikan diri tak hanya jual selendang dan sarung, tapi juga kebaya, tas dan sepatu, tapi yang paling laku tetap sarung dan selendang,” ujarnya merinci.

Dila mengaku senang bergabung di RKB, karena amat membantu pengembangan usahanya, terutama penjualannya yang terus meningkat. Ia menuturkan, untuk selendang dan sarung rata-rata terjual 60-70 potong per bulan, sedangkan kebaya bisa mencapai 60 potong.

“Kalau sepatu dan tas belum sebanyak itu, dan kadang saya tak bisa menghitung secara pasti berapa produk yang terjual sebulan, karena ada saatnya pembeli memborong sangat banyak, tapi di bulan berikutnya penjualan normal,” terangnya yang kini mempekerjakan 60 pengrajin songket untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat.

Tak hanya itu, sambung Dila, sejak bergabung di RKB, produknya tak hanya dijual secara offline, tetapi juga online berkat fasilitas Blanja.com dari RKB. Meski demikian ia mengaku penjualan offline tetap tak tergantikan, karena konsumen lebih suka datang ke toko lantaran bisa menyentuh, melihat langsung dan memilih barang dengan leluasa.

“Harga produk kami di online dengan offline sama, yang membedakan kalau beli online, konsumen dikenakan biaya kirim,” imbuh Dila.

Ia juga mengemukakan bahwa penjualan produknya yang terus meningkat, karena konsumennya juga makin bertambah. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

“Konsumen dari negara tetangga  kebanyakan datang langsung ke toko saya. Mereka sering memborong songket untuk dijual lagi di negaranya,” ujar Dila bersemangat.

Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan rasa bangganya telah diberikan kesempatan  memperlihatkan hasil kerajinan tangan dari Sumatera Barat di Indonesia Pavilion.

“Saya senang seluruh delegasi dari beberapa negara sangat tertarik melihat tenun songket Pandai Sikek, ini semakin membuat usaha saya mendunia,” ujar Dila Sumringah.

Berbagai manfaat yang dirasakan sejak bergabung di RKB itulah yang membuat ia optimis UMKM-nya bisa terus berkembang. Dila juga berharap kemajuan UMKM-nya bisa menjadi inspirasi bagi UMKM lainnya untuk mengikuti jejaknya.

Staf Khusus III Menteri BUMN, Wianda Pusponegoro, mengatakan bahwa Menteri BUMN, Ibu Rini Soemarno juga memiliki fokus khusus terhadap upaya pengembangan UMKM di Indonesia.

"Untuk itu, kami memiliki program RKB sebagai rumah bersama untuk berkumpul, belajar dan membina para pelaku UMKM agar UMKM Indonesia berdaya saing dan dapat go global dengan keunikan dan kekhasan masing-masing” kata Wianda dala keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (15/10/2018).

Wianda menjelaskan, tugas RKB adalah mendampingi dan mendorong para pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha dengan cara meningkatkan kompetensi, akses pemasaran, dan memberi kemudahan dalam hal permodalan.

"Pendampingan RKB dilakukan dengan Registrasi dan Analisa UMKM secara offline maupun online melalui smartbisnis.co.id. Hasil seleksi diarahkan pada Konsultan dan Quality Control, dimana pelaku UMKM akan didampingi ahli dalam peningkatan kualitas produknya," jelas Wianda.

Sementara itu, Wianda melanjutkan, UMKM dengan kompetensi Low diarahkan menuju tempat Belajar dan Berbagi. Pelaku UKM mendapatkan pelatihan sesuai dengan modul yang dibutuhkan, antara lain Bisnis dan Keuangan, Permodalan, Segmentasi, dan Target Pasar, Proses Produksi dan Pemasaran, serta Total Quality Management.

IMF-WB 2018 di Nusa Dua Bali, menjadi momen tepat untuk para pelaku UMKM memamerkan produk berkualitasnya yang banyak mengusung karya seni dan kerajinan tangan khas Indonesia. Apalagi UMKM di Indonesia yang kini mencapai 57 juta, memegang peranan penting untuk memakmurkan ekonomi negara, karenanya sudah seharusnya diberi tempat di berbagai kesempatan agar produknya semakin dikenal luas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: