Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Miliki 2.500 Merchant, Cashlez Sebut Pasar Indonesia Masih Luas

Miliki 2.500 Merchant, Cashlez Sebut Pasar Indonesia Masih Luas Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak didirikan pada 2015 dan mulai beroperasi di 2016, PT Cashlez Worldwide dengan merek Cashlez telah meraup 2.500 merchant di seluruh Indonesia, termasuk enterprise merchant

Teddy Tee, CEO Cashlez mengatakan bahwa Cashlez masih memfokuskan pada pasar Indonesia. Menurutnya, pasar Indonesia masih cukup luas dan banyak yang belum tergarap. Untuk memperluas pasarnya, dia mengaku akan menyasar sektor pariwisata. Seperti UKM-UKM di tempat pariwisata.

"Artinya, mereka yang punya customer, itu turis," jelas Teddy kepada Warta Ekonomi, Sabtu (3/11/2018) di Jakarta. 

Salah satu tempat wisata yang sudah dijajaki Cashlez ialah Bali. Ekpansi yang akan dilakukan Cashlez sesuai dengan skala prioritas.

"Kami sudah ekspansi ke Bali. Kami punya first step karena memang kami mau rich out kepada turis bahwa Bali is number one. Tetapi, kami lihat juga kalau tempat wisata bukan hanya Bali, ada Manado, Malang. di Jawa sendiri, juga masih banyak tempat wisata," kata Teddy.

Menurut Teddy, tantangan terbesarnya bukan lah kompetitor, melainkan masih besarnya angka penggunaan uang cash di Indonesia. Untuk itu, diperlukan edukasi yang mendalam mengenai cashless.

"Karena penggunaan cash di Indonesia itu masih 70%. Jadi, kalau kami angkat 10% saja, itu sudah besar banget. Dan memang edukasi itu adalah kunci supaya mulai lebih menerima pembayaran nontunai," ujar Teddy. 

Sementara itu, Cashlez berkolaborasi tidak hanya dengan merchant, tetapi juga dengan regulator untuk meminimalisir penggunaan cash di Indonesia. Hal itu dikarenakan distribusi dan penggunaan uang kertas yang tidak mudah.

"Kalau kami di Jakarta, we taked for garanted, uang kertas kita bagus karena kita dekat dengan pemerintahan, dekat dengan Bank Indonesia. Kalau kita jauh, di daerah terpencil, itu duitnya jelek-jelek, enggak tahu sudah muter berapa kali, dan itu tidak pernah di-recycle. Dari sisi higienitas, itu sudah jelek banget," ungkap Teddy. 

Namun untuk menyikapi kompetitor, Teddy melihat masih ada peluang yang terbuka lebar untuk Cashlez.

"Sejauh ini, base kami adalah payment, dan pemainnya itu tidak banyak. Walaupun banyak player payment, tetapi yang benar-benar deep knowledge about payment, yang punya lisensi itu sebenarnya enggak banyak. Sedikit sekali," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: