Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump: Sanksi Terhadap Iran Adalah Sanksi Terberat dalam Sejarah AS

Trump: Sanksi Terhadap Iran Adalah Sanksi Terberat dalam Sejarah AS Presiden Trump dan Raja Arab Salman | Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Washington -

Pemerintah AS telah memberlakukan kembali embargo perdagangan yang menargetkan ekspor minyak negara Timur Tengah yang dikenal sebagai industri garis hidup Teheran.

Administrasi Trump menerapkan tekanan atas apa yang diklaimnya karena dukungan Iran untuk terorisme.

Trump berkata, "Sanksi Iran sangat kuat. Mereka adalah sanksi terkuat yang pernah kami ajukan," tuturnya, seperti dilansir dari NHK, Senin (5/11/2018).

Sanksi itu meskipun datang dengan keringanan sementara untuk 8 pembeli minyak utama Iran termasuk Jepang, China dan India.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan pembebasan akan dibatasi hingga 180 hari dan Washington akan menuntut negara-negara sekutunya untuk berhenti mengimpor minyak dari Iran sesegera mungkin.

Di atas sanksi minyak, Washington berencana menambah lebih dari 700 individu dan organisasi yang berkaitan dengan Iran ke sebuah daftar hitam.

Dalam wawancara dengan Fox News, Menlu AS, Mike Pompeo, mengatakan jika AS ingin mengubah perilaku terhadapĀ  negara sponsor teror terbesar di dunia.

Pompeo berkata, "Presiden Trump telah membuat posisinya sangat jelas. Tidak ada bantuan ekonomi sampai kita mencapai tujuan akhir," tegasnya.

Langkah AS dipandang sebagai pukulan kedua terhadap Iran, menyusul sanksi sebelumnya selama musim panas yang melanda sektor mobil dan baja, serta perdagangan logam mulia.

Pada bulan Mei, Administrasi Trump menarik diri dari perjanjian internasional tahun 2015 yang dimaksudkan untuk mengekang ambisi nuklir Iran.

Juru bicara pemerintah tinggi Jepang mengatakan pemerintah berharap untuk melindungi perusahaan Jepang dari kejatuhan ekonomi yang disebabkan oleh sanksi AS.

Yoshihide Suga berkata, "Pemerintah Jepang berdiri dengan kesepakatan nuklir 2015. AS dan Jepang setuju bahwa Iran harus memainkan peran konstruktif terhadap perdamaian di Timur Tengah," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: