Sektor pertambangan menjadi motor penggerak perekonomian Papua. Tercatat, kinerja perekonomian Papua tumbuh sebesar 24,68% (yoy) pada kuartal II-2018 yang dimotori oleh puncak produksi pertambangan bijih tembaga.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Joko Supratikto, mengatakan sektor tambang menjadi andalan untuk menggerakkan roda perekonomian di Papua selama kuartal II-2018. Tercatat, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada kuartal II-2018 mencapai 56,03% (yoy).
Adapun, pertumbuhan ekonomi Papua pada kuartal II-2018 sebesar 24,68% (yoy) sangat jauh berada di atas pertumbuhan nasional yang hanya 5,27% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut berhasil menempatkan Papua sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
"Kenaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian tidak terlepas dari peningkatan kinerja perusahaan tambang terbesar di Papua," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, belum lama ini.
Ia menjelaskan bahwa pada kuartal II-2018 produksi konsentrat tembaga mencapai 347 juta pon atau tumbuh sebesar 74,37% (yoy). Sementara itu, produksi emas mencapai 740 ribu ons atau tumbuh sebesar 112,64% (yoy).
"Memasuki fase akhir penambangan terbuka Grasberg yang mengandung kandungan konsentrat tembaga dan emas dengan kadar yang tinggi menyebabkan produksi hasil tambang meningkat signifikan," sebutnya.
Dari sisi penjualan, penjualan tembaga pada kuartal II-2018 tumbuh sebesar 27,94% (yoy). Sementara itu, penjualan emas tumbuh sebesar 57,14% (yoy). Secara umum, peningkatan penjualan yang sangat tinggi salah satunya disebabkan oleh penambahan kuota ekspor dari 1,1 juta ton pada tahun 2017 menjadi 1,2 juta ton pada tahun 2018.
Selain itu, berakhirnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sementara sampai dengan 31 Agustus 2018 menjadi faktor utama peningkatan kinerja sektor pertambangan.
"Kemudian, tingginya harga komoditas tembaga dan emas menjadi insentif untuk meningkatkan penjualan," tegasnya.
Sektor pertambangan di Papua memang memiliki potensi yang sangat besar. Misalnya, lokasi tambang Grasberg, Papua, merupakan salah satu lokasi yang menyimpan cadangan emas dan tembaga terbesar di dunia. Cadangan emas di Papua diperkirakan mencapai 29,8 juta ons. Adapun, cadangan tembaga di wilayah ini mencakup sekitar 27% dari cadangan dunia. Tercatat, nilai total cadangan emas di lokasi ini sebesar US$42 miliar, tembaga US$116 miliar, dan perak US$2,5 miliar.
Bergantung pada Tambang
Sayangnya, sejauh ini ekonomi Papua masih belum bisa lepas dari kebergantungan terhadap kinerja sektor tambang. Apabila kinerja sektor pertambangan mengalami penurunan maka otomatis kinerja perekonomian daerah tersebut juga mengalami perlambatan.
Joko Supratikto mengatakan kinerja perekonomian Papua mulai mengalami penurunan memasuki kuartal III-2018. Penurunan kinerja perekonomian tersebut disebabkan oleh mulai menurunnya produksi hasil pertambangan dan penggalian di Papua sejalan dengan masa transisi pertambangan terbuka ke pertambangan bawah tanah.
"Pada kuartal III-2018 pertumbuhan ekonomi Papua diperkirakan mengalami perlambatan dan berada di kisaran 5,3-5,7% (yoy)," prediksinya.
Bukan hanya kuartal III-2018 saja, dampak perlambatan kinerja pertambangan terhadap perekonomian juga diprediksi akan terasa hingga tutup tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi Papua pada kuartal IV-2018 diproyeksikan tumbuh negatif di kisaran -10,22% hingga -10,42% (yoy).
Di samping itu, memasuki bulan Juli 2018, tren harga komoditas dunia termasuk harga emas dan tembaga mulai mengalami penurunan. Harga emas dunia pada awal kuartal III-2018 mencapai US$1.244,46 per ons, menurun sebesar -2,81% dibandingkan dengan akhir kuartal II-2018 sebesar US$1.280,4 per ons.
Sementara itu, harga tembaga juga mengalami kontraksi pada awal kuartal III-2018 mencapai US$287,38 per pon terkontraksi sebesar -8,98% dibandingkan dengan kuartal II-2018 yang mencapai US$315,74 per pon.
Ketergantungan Papua terhadap tambang juga terlihat dari kinerja ekspor luar negeri. Selama kuartal II-2018 pertumbuhan ekspor tercatat melambat jadi 97,06% (yoy) dari 275,95% (yoy) pada kuartal sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekspor tersebut disebabkan oleh ekspor konsentrat tembaga dan emas pada kuartal tersebut yang tumbuh melambat jadi 102,69% (yoy) dibanding dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 301,56% (yoy).
Dari sisi investasi, terlihat jelas jika Papua sangat bergantung pada sektor tambang. Sebanyak 83,88% pangsa penanaman modal asing (PMA) di daerah ini merupakan sektor pertambangan.
"Meski melambat, pertumbuhan ekspor tambang Papua masih cukup tinggi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: