Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Milenial Ini Jadi Miliarder Lewat Celana Jeans Custom, Cuma Modal Uang Saku

Milenial Ini Jadi Miliarder Lewat Celana Jeans Custom, Cuma Modal Uang Saku Kredit Foto: Instagram/comic_jeans
Warta Ekonomi, Jakarta -

Muhammad Ali Akbar Taufani tidak pernah menyangka bisnis yang ia rintis hanya dengan bermodalkan uang saku semasa kuliah kini dapat menyentuh omzet miliaran setiap bulannya. Pemuda kelahiran Jakarta 12 Maret 1990 itu telah membuktikan, modal yang besar bukanlah hal yang penting untuk memuai usaha.

Berangkat dengan modal seadanya, Ali kini dapat membuktikan bahwa usahanya tersebut berkembang pesat. Dalam sebulan ia bisa meraup omzet paling tinggi hingga Rp1 miliar lho! Wah, bukan jumlah yang sedikit ya.

Bermula dari hobi

Bermula dari celana jeans pemberian teman semasa kuliahnya, Ali memiliki hobi untuk membuat celana jeans. Dari situ, Ali mulai mencari tahu bahan baku celana jeans yang ada di Indonesia. Berangkat dengan ketertarikannya itulah, ia memutuskan untuk memulai usaha celana jeans custom.

Dari pencarian di internet, Ali memperoleh informasi bahwa ternyata banyak produsen bahan baku celana jeans di Indonesia.

“Awalnya saya diberikan celana oleh teman saya dari Australia, mereknya Imperial Denim. Dari situ saya hobi dengan celana denim, hobi dengan celana jeans, akhirnya browsing-browsing ternyata bahan lokalnya banyak,” ujar Ali, seperti yang dikutip dari Moneysmart.id (17/12/2018).

Cuma modal uang saku

Tepat pada tahun 2011, Ali memulai usaha dengan membuka jasa pembuatan jeans secara pre order (PO). Ia memanfaatkan jasa konveksi celana jeans dari Bandung hanya dengan bermodalkan uang saku.

Kemudian, setelah mengerti alur bisnis tersebut, dan sudah mengetahui berbagai jenis bahan baku maupun suppliernya, Ali mulai mendirikan workshop secara mandiri di rumahnya.

“Punya workshop sendiri di rumah di kamar saya sendiri. Itu tahun 2011 dan belum ada nama waktu itu,” kata Ali.

Kendala Bisnis

Perjalanan Ali dalam membangun usahanya tersebut tidak selalu mulus dan kerap mendapatkan cobaan dan hambatan. Orangtua Ali ternyata tidak setuju dengan keputusan Ali menjalankan bisnis celana jeans.

“Saya ngalamin usaha dilarang orang tua, ditanya ngapain jualan jeans, dan orang tua bilang setiap hari orang gak ada yang makan jeans, disitu dibikin down,” ungkapnya.

Bukannya menyerah, Ali dengan penuh tekad ingin membuktikan diri kepada orang tuanya bahwa usaha yang ia rintis itu bisa sukses. Akhirnya, ia pun memberanikan diri untuk membuka outlet jeans di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan.

Dengan bermodalkan Rp10 juta dari pinjaman koperasi, Ali membangun workshop sendiri yang ia berikan nama Rumah Jeans. Ide pemberian nama itu datang dari latar belakang usaha yang dimulai dari rumah Ali sendiri.

Akan tetapi, setelah nama Rumah Jeans berjalan, Ali mendapatkan komplain dari pemilik brand Rumah Jeans yang telah mendaftarkan hak patennya.

“Ternyata 2012 awal Rumah Jeans itu sudah ada yang patenkan di Bandung, dan akhirnya kita ganti nama Rumah Denim and Jeans, selang berapa bulan kami bikin produk namanya Comic Jeans,” ungkapnya.

Selain itu, Ali juga sudah merasakan pasang surut hingga kendala operasional. Ali mengatakan, dalam bisnis jeans kendala utama yang paling ia rasakan adalah dalam mencari Sumber Daya Manusia (SDM) penjahit dan kurir.

“Kesulitannya lebih ke SDM, banyak yang keluar masuk, paling terbesar itu kendala kurir saat ini, karena gudang kita ada di Pamulang, cabang sampai ada yang di Bekasi,” paparnya.

Tiga Faktor Utama

Ali menjelaskan, nama Comic Jeans berasal dari singkatan kata Komunikatif, Imajinatif, dan Kreatif. Menurutnya, ketiga faktor tersebut sangat penting dimiliki oleh seorang pelaku usaha, apalagi untuk mereka yang baru memulai usaha.

Keseriusan Ali dalam menjalankan usaha Rumah Denim bukan tanpa alasan. Selain memang hobi, Ali menilai pangsa pasar celana jeans sangat luas dan tidak akan pernah kehabisan peminat.

“Pasar jeans itu luas dari remaja sampai orang tua dari tahun 1500 sampai sekarang masih ada, dan modelnya gak berubah, modelnya selalu itu-itu aja, kenapa saya ambil jeans, karena gampang, polanya gak terlalu sulit,” ungkap Ali.

Konsep Offline dan Online

Dalam bisnisnya, Ali menjalankan konsep offline dan online. Untuk offline, konsumen cukup datang ke outlet Rumah Denim, kemudian memilih bahan yang diinginkan.

Setelah memilih bahan yang diinginkan kemudian dilakukan pengukuran. Setelah selesai pengukuran, konsumen melakukan pembayaran dan akan mendapatkan form pemesanan celana. Jika celana sudah selesai dijahit, konsumen akan dihubungi via telepon.

Untuk proses pengambilan celana bisa langsung ambil di outlet atau dikirim melalui kurir. Pengiriman tidak dikenakan biaya alias gratis untuk tujuan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Sedangkan untuk pemesanan online, Ali menerima pesanan melalui Instagram, WhatsApp, dan Line. Ali tidak menggunakan jasa e-commerce karena produk yang ditawarkan melalui skema pre order.

Untuk pemesanan online, konsumen cukup memberikan tiga informasi yakni tinggi badan, berat badan, dan ukuran celana yang biasa digunakan.

“Jadi tidak perlu dateng ke toko. Harga sama, free ongkir Jabodetabek. Kalau enggak pas, kami ada garansinya, dan semua ongkirnya kami tanggung,” jelas Ali.

Celana jeans yang Ali jual ditawarkan dengan harga beragam, dari yang termurah Rp140.000 per item hingga Rp900.000 per item.

Keberhasilan

Dengan kegigihan dan keseriusannya dalam menjalankan bisnis, kini usaha yang dirintisnya sejak tahun 2011 itu telah memiliki lima outlet di lima lokasi berbeda, mulai dari Reni Jaya, Pamulang, Veteran Bintaro, Gandaria City, dan Bekasi. Dalam menjalankan usahanya, Ali dibantu oleh total 42 karyawan.

Hebatnya, hanya berbekal Rp10 juta dari hasil pinjaman, Ali bisa memulai usaha dan mengembangkannya hingga beromzet ratusan juta. Bahkan, ada kalanya pemasukan Ali bisa menyentuh Rp1 miliar per bulan.

“Kalau omzet paling tinggi jujur aja ada di partai besarnya, karena kalau order kan satu brand ratusan, minimal puluhan. Kalau omzet outlet paling tinggi di cabang Bintaro. Total omzet enggak nentu, kadang Rp500 juta, atau Rp1 miliar, enggak nentu, kalau lagi sepi ya sepi Rp300 juta sampai Rp400 juta,” ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: