Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi, menuding Prabowo kerap berbohong dalam kampanye sepanjang 2018. Karena itu memasuki 2019 pihaknya meminta hal itu dikurangi.
"PSI meminta capres Prabowo Subianto untuk bertobat pada 2019 dan tidak lagi mengedepankan kebohongan dalam kampanye," ujarya di Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Menurutnya, kualitas Pilpres 2019 dipertaruhkan dalam sikap para kandidat berkampanye. Karena itu rakyat berhak untuk tidak dibohongi oleh Prabowo.
"Dalam 2018, setidaknya kami menemukan tiga kebohongan besar yang kami duga sengaja dilakukan karena miskinnya gagasan pembangunan mereka," katanya.
Ia memerinci yang diklaimnya sebagai kebohongan yang pernah diutarakan Prabowo dalam berkampanye. Di antaranya pada bulan Juli, Prabowo menyebut kemiskinan meningkat 50% dalam lima tahun terakhir. Sementara data BPS menunjukkan kemiskinan terus menurun, bahkan menyentuh level di bawah 10% pada tahun 2018.
"Data Bank Dunia juga memperlihatkan bahwa kemiskinan yang diukur dengan standar pendapatan USD 1,9 menurun secara konstan hingga menyentuh 5,7%," jelasnya.
Kemudian, kebohongan berikutnya yakni di bulan Oktober, Prabowo berkata 99% rakyat Indonesia hidup pas-pasan. Hal itu didasarkan data Bank Dunia. Pradahal faktanya, data Bank Dunia mengungkapkan kelas menengah di Indonesia pada 2017 berjumlah 53 juta orang.
"Definisi kelas menengah bagi Bank Dunia adalah mereka berpenghasilan USD 10-50 per hari," tegasnya.
Selain itu, lanjut Dedek, pidato Prabowo soal LRT yang menurutnya juga keliru.
"Pada bulan Juni, Pak Prabowo mengatakan bahwa proyek MRT dan LRT di Indonesia termasuk yang termahal, terutama karena di-markup. Faktanya, LRT Jabodetabek maupun Palembang termasuk yang paling murah dibandingkan negara lain, bahkan di Palembang nomor dua terendah," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim