Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, mengharapkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan-Jeneberang segera menggelar simulasi flood warning bagi masyarakat di sekitar Bendungan Bili-bili, Kabupaten Gowa. Hal itu penting sebagai bentuk antisipasi terjadinya banjir yang menewaskan banyak warga, seperti yang terjadi belum lama ini.
Sistem flood warning merupakan pemberitahuan dengan menggunakan sirene bersuara sangat nyaring yang mengindikasikan terdapat masalah pada struktur bendungan. Saat flood warning telah diaktifkan, maka warga yang mendengar suara sirene bisa segera berusaha menyelamatkan diri ke titik kumpul di daerah dataran tinggi, paling lambat 30 menit sejak suara sirene dibunyikan.
BBWS Pompengan-Jeneberang, Sudirman menyebut bisa meniru sistem flood warning yang diterapkan oleh PT Vale Indonesia. Perusahaan tambang nikel di Kabupaten Luwu Timur itu telah memiliki mitigasi bencana banjir. Di sekitar PT Vale Indonesia diketahui terdapat tiga bendungan yakni Larona, Balambano dan Karebbe.
"PT Vale melakukan beberapa langkah dalam sistem flood warning yaitu memetakan daerah yang terindikasi terdampak jika bendungan jebol. Dengan begitu, masyarakat bisa mengetahui posisi rumahnya saat terjadi tanggul jebol dan melakukan simulasi flood warning setiap 6 bulan sekali," kata Sudirman, di Makassar.
Sudirman menyebut sistem flood warning bisa diaktifkan dalam control room dari tempat lain dengan standar prosedur operasional yang ketat, yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Salah satu manfaatnya ada kepercayaan masyarakat pada sistem peringatan dini jika terjadi bencana. Selain itu, masyarakat juga jadinya tidak mudah termakan informasi hoax yang seringkali membuat panik warga
“Seringkali setiap kali ada gempa atau hujan lebat dalam waktu lama, selalu saja ada info hoax yang beredar, semisal jebolnya bendungan Bilibili yang membuat panik masyarakat. Wajar jika masyarakat khawatir, karena desain daya tampung bendungan mencapai 346 juta kubik air, jika diasumsikan air akan terlepas 200 juta kubik maka akan menimpa lahan sekitar 20 ribu hektar dengan tinggi air 1 meter,” terang dia.
Sudirman berharap pemerintah segera menerapkan sistem flood warning di Bendungan Bilibili dengan melibatkan BBWS Pompengan-Jenebrang, Badan SAR Nasional, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, kepolisian dan dinas sosial serta unsur masyarakat lainnya. Dengan begitu, masyarakat di sekitar Bendungan Bilibili mendapatkan edukasi dan informasi daerah-daerah terdampak jika terjadi bencana tanggul jebol.
Bila sudah memiliki sistem flood warning, saat masyarakat mendengar suara sirene masyarakat sudah mengetahui jalur evakuasi yang aman bila terjadi bencana tanggul jebol."Jika sistem flood warning sudah dibangun dan rutin disimulasikan setiap enam bulan sekali, maka tetap butuh jadwal perawatan tiap beberapa bulan, untuk memastikan sistem tetap berjalan baik dan siap bekerja setiap saat," pungkasnya.
Terkait rencana tersebut, Kepala Pengelola BBWS Pompengan- Jeneberang, Teuku Iskandar, merespon positif. Pihaknya akan menyusun master plan upaya mitigasi berupa simulasi rutin dampak banjir dan simulasi bendungan jebol. Upaya tersebut sebagai bentuk edukasi publik menghadapi bencana.
"Upaya kesiapsiagaan untuk mencegah kepanikan warga akan melibatkan multipihak. BBSWPJ sebagai leading sektor akan berusaha melibatkan SAR, TNI- Polri, Pemkab, Pemprov, BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Pemerintah Kecamatan dan Desa, sampai RT-RW hingga masyarakat," tutup Iskandar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: