Cashwagon Bantah Pinjaman Fintech Lebih Berisiko Dibanding Perbankan
Begitu massifnya pertumbuhan industri layanan keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech) khususnya di segmen peer to peer (P2P) lending dinilai oleh sebagian pihak mulai mengkhawatirkan. Hal ini bila menilik catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mana nilai pinjaman yang dikucurkan mengalami pertumbuhan hingga 605 persen.
Oleh sebagian masyarakat, tingginya porsi NPL P2P Fintech tersebut dikaitkan dengan karakteristik bisnisnya yang dinilai lebih berisiko dibanding jenis pinjaman lewat perbankan. Tudingan ini didasarkan pada proses pengajuan, verifikasi dan pencairan pinjaman di P2P Fintech yang sepenuhnya mengandalkan sistem otomatis lewat platform digital. Terkait pandangan negative itu, kalangan P2P Fintech pun menyatakan bantahannya. Salah satunya disampaikan oleh CEO PT Kas Wagon Indonesia, Asri Anjarsari, yang menaungi brand bisnis Cashwagon.
Baca Juga: OJK Kembali Hentikan 168 Fintech dan 47 Investasi Ilegal
“Nggak lah. Soal mitigasi risiko, yang kami lakukan relatif sama kok dengan yang perbankan lakukan pada para calon borrowernya. Sebelum di sini (P2P Fintech) Saya juga 15 tahun berkecimpung di bisnis perbankan, dan yang Saya tahu tidak ada perbedaan signifikan. Bedanya mungkin mereka (perbankan) masih mengandalkan sistem konvensional dengan metode tatap muka, sedangkan kami sudah lebih open terhadap kemajuan teknologi, sehingga cara menakar profil risiko calon borrower ya lewat pendekatan teknologi,” tutur Asri, di sela kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) di Panti Asuhan Yos Sudarso, Cilandak, Jakarta.
Baca Juga: Cashwagon Optimistis Mampu Kucurkan Pinjaman Hingga Rp1 Triliun
Dicontohkan Asri misalnya di perbankan yang menggunakan sistem tatap muka, yang kemudian dilakukan untuk lebih mengenal profil calon borrower-nya adalah dengan melakukan survey langsung ke rumah dan/atau kantor yang bersangkutan. Tahapan itu juga menurut Asri tetap dilakukan oleh P2P Lending untuk dapat memahami dengan tepat profil risiko calon borrower namun dengan memanfaatkan berbagai produk teknologi terbaru seperti GPS dan semacamnya.
“Bagaimana pun agar bisa kami tetap sustainable maka mitigasi risiko itu sangat penting bagi kami. Untuk kelayakan usahanya juga kami pantau, hanya tidak dengan langsung datang ke lokasi melainkan lewat pemantauan via GPS dari perangkat aplikasi kami,” tegas Asri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Annisa Nurfitri