Diapresiasi Menkop-UKM, Ini Kunci Keberhasilan Yogyakarta Majukan KUMKM
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengapresiasi keberhasilan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam membangun dan mengembangkan kehidupan koperasi dan UMKM di wilayahnya.
"Apa yang sudah dilakukan Sri Sultan itu bisa kita jadikan pelajaran berharga dalam memajukan koperasi dan UMKM di daerah lainnya," ungkap Puspayoga saat membuka acara Rakornas Bidang Koperasi dan UMKM di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Kamis (2/5/2019) malam.
Sementara itu, dalam testimoninya, Sri Sultan menjabarkan, langkah pertama yang dilakukan pemerintahannya adalah memverifikasi ulang koperasi dan mendata ulang UKM di Yogyakarya.
"Agar kebijakan tepat sasaran, kita harus memiliki database KUMKM, mana yang orientasi ekspor, pasar regional, dan mana yang pasar lokal. Karena, tiga kategori tersebut memiliki pola pembinaan yang berbeda," papar Sri Sultan.
Baca Juga: Dear UKM Indonesia, Segera Lakukan Transformasi Digital Ya!
Sementara bagi koperasi yang sudah tidak aktif, Sri Sultan menyebutkan tak ada pilihan lain selain membubarkannya atau dinyatakan pailit.
"Karena hal itu sangat terkait dengan kebijakan kita dalam mengembangkan sektor pariwisata. Dengan pembubaran koperasi, maka tidak akan ada lagi koperasi yang kita bina atau bantu (saat) ada yang mati. Kualitas koperasi yang harus kita kedepankan," tandas Sri Sultan.
Sri Sultan menyebutkan, pengembangan sektor pariwisata dengan koperasi dan UMKM, tidak bisa dilakukan secara bersamaan. Awalnya, Sultan membangun ketersediaan sarana air bersih dan air minum di desa-desa.
"Kami mencoba mengembangkan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan, lalu diikuti pengembangan potensi yang dimiliki desa," jelas Sri Sultan.
Menurut Sri Sultan, pihaknya membutuhkan waktu sekitar 5-6 tahun dengan membangun 983 kelompok masyarakat desa, di mana sarana penunjangnya dikelola koperasi atau BUMDes.
"Bila di desa tersebut ada potensi wisata, kami akan bantu melalui APBD sehingga desa bisa tumbuh. Kami terus memotivasi masyarakat agar menjadi subyek pembangunan, bukan menjadi obyek," kata Sri Sultan.
Sri Sultan mengakui, setiap desa memiliki potensi yang berbeda-beda. Dia mencontohkan pengembangan Desa Gedang Sari, Gunung Kidul dengan mengembangkan produk khas batik. Di wilayah desa itu juga disiapkan sarana wisata flying fox dari Jerman seharga Rp1,5 miliar yang memiliki panjang tak kurang dari 563 meter.
"Dampaknya, sektor wisata di Desa Gedang Sari berkembang pesat. Dari flying fox saja bisa menghasilkan Rp70 juta per bulan bagi kas desa. Itu jumlah besar bagi level desa," kata Sri Sultan lagi.
Baca Juga: Kemenkop-UKM Siapkan Regulasi Ramah KUKM
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti