Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Cadev Stabil, BI Diminta Tetap Jaga Rupiah

Meski Cadev Stabil, BI Diminta Tetap Jaga Rupiah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (15/11/2018). Dalam keterangannya, Bank Indonesia pada 14-15 November 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%, dimana keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan Bank Indonesia untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) diharapkan bisa menjaga nilai tukar rupiah yang ideal di kisaran Rp13.500-Rp14.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan oleh Pengamat pasar uang, Farial Anwar. 

 

"Meski cadev (cadangan devisa) Indonesia masih dalam kondisi stabil, namun cadev ini bukan satu-satunya instrumen untuk menjaga stabilitas rupiah," katanya, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (14/5/2019). 

 

Baca Juga: Bukan Karena China atau Kondisi politik, Rupiah Terpuruk Gara-gara Ini

 

Tercatat, hingga akhir April 2019, posisi cadev Indonesia tercatat sebesar US$124,3 miliar. Besaran cadev tersebut setara dengan pembiayaan 7 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

 

Selain itu, lanjut Farial, kebijakan suku bunga juga bukan instrumen yang melulu diandalkan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. "Diharapkan tingkat BI 7day Reverse Repo Rate yang saat ini sebesar 6% tidak terlalu tinggi dibandingkan negara-negara di kawasan, agar kita bisa bersaing," tutur Farial.

 

Baca Juga: China Balas Dendam, Rupiah Makin Nestapa

 

Ia memandang bila pemerintah dan BI perlu memanfatkan instrumen fiskal dan moneter lainnya yang bisa menjaga stabilitas rupiah. "Pada dasarnya, pelemahan rupiah yang kita alami ini merupakan konsekuesi dari penerapan rezim devisa bebas. Maka, pemerintah dan BI harus bisa menjaga stabilitas rupiah," pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: