Dalam acara sosialisasi pola kemitraan usaha rantai nilai/pasok antara KUMKM dengan usaha besar, di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Rabu (15/5/2019), Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Abdul Kadir Damanik meyakini Pemkab Kuningan dapat menyiapkan lahan yang dibutuhkan bagi pengembangan industri gas dan pupuk berbasis kotoran sapi di Kuningan.
"Minimal dua hektar lahan yang dibutuhkan, dan saya yakin itu ada. Apalagi, dalam kemitraan ini semua dalam koordinasi dengan Pemkab Kuningan yang membawahi peternak sapi, investor, Kemenkop UKM, dan kementerian lain," ujar Damanik.
Sementara itu, Bupati Kuningan, Acep Purnama mengakui bahwa ada polemik di tengah masyarakat terkait kotoran sapi, yaitu belum tertatanya pengaturan limbah kotoran sapi yang dihasilkan sejumlah kurang lebih sekitar 8000 peternak sapi di seluruh Kuningan.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Peternak Sapi Bangun Industri Pupuk dan Gas
"Limbah kotoran sapi dianggap mencemarkan lingkungan dan menghasilkan bau menyengat tak sedap. Banyak komplain datang dari wisatawan. Lebih dari itu, di hilir banyak kolam ikan dan sawah yang juga terkena dampak," ungkap Bupati Kuningan.
Maka, Acep menyambut baik solusi yang ditawarkan Kemenkop dan UKM dengan memanfaatkan dan membangun potensi dari limbah kotoran sapi.
"Saya yakin kita dapat menyelesaikan kotoran sapi sebagai masalah sosial menjadi sebuah potensi ekonomi yang besar," tandas Acep.
Dalam kesempatan yang sama, Pengurus KSU Karya Nugraha Jaya Iding Karnadi menyebutkan bahwa kisruh kotoran sapi bisa terjadi karena lokasi peternakan yang berada di tengah masyarakat.
Baca Juga: Kemenkop-UKM Siapkan Regulasi Ramah KUKM
"Hampir semua peternak sapi anggota KSU Karya Nugraha yang jumlahnya sekitar 1000 peternak itu hanya memiliki lahan untuk kandang, tanpa ada untuk pengolahan limbah kotoran sapi," kata Iding seraya menyatakan bahwa anggota koperasinya mampu memproduksi 33 ton susu perhari, dimana 90% hasilnya ditampung usaha besar seperti Ultra Jaya dan Diamond.
Seharusnya, lanjut Iding, ada semacam kolam penampungan dan penyaringan, sehingga saat mengalir ke sungai sudah tidak membawa ampas dan bau menyengat.
"Solusi efektif lainnya adalah mengubah kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk organik," tukas Iding.
Solusi efektif lainnya, kata Iding, adalah relokasi seluruh peternak sapi di wilayah Kecamatan Cigugur ke wilayah lain yang jauh dari pemukiman.
"Solusi lahannya bisa dipikirkan bersama antara Pemkab Kuningan dengan pemerintah desa," pungkas Iding.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh