Terlilit Utang Rp16 Triliun, Kejayaan Emiten Bakrie Group Kini Tinggal Kenangan

Kejayaan yang ditorehkan emiten Bakrie Group, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) hanya tinggal kenangan belaka. Perusahaan yang mengudara berkat layanan telekomunikasi berbasis code-divisi multiple access (CDMA) bermerek Esia ini, kini tengah mempertaruhkan nasibnya yang sudah berada di ujung tanduk. 

Mengemban beban utang kian menggunung, kelangsungan bisnis Bakrie Telecom pun mulai dipertanyakan. Pasalnya, sejak tahun 2010 silam, tak sekalipun Bakrie Telecom membukukan laba perusahaan. Jangankan laba bersih, laba operasional saja sulit sekali didapat.

Baca Juga: Bakrie Telecom Rugi Rp720,57 Miliar

Alih-alih memperoleh laba, utang perusahaan ini justru meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu kurang dari satu dekade. Berdasarkan penelusuran laporan keuangan Bakrie Telecom, tahun 2010 silam, utang yang ditanggung Bakrie Telecom hanya sebesar Rp7,16 triliun. Namun, jumlah tersebut meningkat drastis pada tahun 2018 menjadi Rp16,13 triliun. 

Berbagai upaya dilakukan perusahaan guna menutupi kekurangan finansial perusahaan. Salah satunya adalah dengan memangkas ribuan karyawan. Hingga akhir tahun 2018, Bakrie memperkerjakan sejumlah sepuluh karyawan, padahal di tahun 2010 lalu jumlah karyawannya masih berjumlah 1.901 orang. 

Baca Juga: Emiten Tambang Grup Bakrie Tak Bagi Dividen, Mau Nyicil Bunga Utang Dulu

Melihat ketidakpastian bisnis yang dijalankan Bakrie Telecom, investor pun semakin enggan mendekat pada saham emiten bersandi BTEL ini. Asal tahu saja, sudah beberapa tahun lamanya saham BTEL dikenakan suspensi BEI. Kini, harga saham Bakrie Telecom terhenti di level Rp50 per saham, level terendah yang dicatatkan Bakrie Telecom sejak 2010 silam.