Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Manajemen Polusi Udara, Anies Harus Tiru Tiongkok

Soal Manajemen Polusi Udara, Anies Harus Tiru Tiongkok Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa hari lalu dikecam lantaran mengeluarkan pernyataan yang dinilai bernada rasis terkait instalasi seni bambu Getah Getih yang dibongkar karena telah menelan biaya setengah miliar.

Baca Juga: Dikritik Sering Dinas ke Luar Negeri, Anies Ngegas?

Anies menyinggung ia lebih memilih bambu ketimbang bahan dasar seperti besi yang impor dari Tiongkok.

"Anggaran itu ke mana perginya, perginya ke petani bambu. Uang itu diterima oleh rakyat kecil. Kalau saya memilih besi, maka itu impor dari Tiongkok mungkin besinya. Uangnya justru tidak ke rakyat kecil. Tapi kalau ini, justru Rp 550 juta itu diterima siapa? Petani bambu, perajin bambu," kata Anies.

Pengamat politik Forum Indonesia Anti Politik Identitas Taufan S menyatakan diksi "Tiongkok" dinilai bukan tanpa sengaja dikeluarkan oleh mantan Menteri Pendidikan itu. Subyek Tiongkok coba dipertentangkan dengan kata "rakyat".

"Anies kan menang Pilgub karena menumpang isu politik identitas. Saat pertama jadi Gubernur sudah bicara pribumi," katanya.

Ia malah berharap ketimbang Anies mencoba "bermain api" lewat memercik sentimen SARA. Ia seharusnya membenahi persoalan Jakarta yang saat ini dihadapkan masalah polusi udara.

Hal yang sama disampaikan pengamat lingkungan perkotaan Ahmad Safrudin yang meminta agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus meniru manajemen pengendalian udara dari Tiongkok dalam mengatasi persoalan polusi udara.

"Kenapa Beijing? Karena (polusi udara) kota itu complicated seperti Jakarta," kata Ahmad Safrudin di Jakarta, Rabu.

Merujuk catatan sejarah, tahun 1998 polusi udara di Beijing didominasi pembakaran batu bara dan kendaraan bermotor. Kota itu lantas menyatakan perang melawan polusi udara.

Beijing menerapkan sejumlah strategi optimalisasi infrastruktur energi, kontrol emisi kendaraan bermotor hingga pengendalian polusi batu bara.

Pada September 2016, kota itu membangun "Menara Bebas Asap" setinggi tujuh meter di Taman 751 D. Bangunan itu diklaim dapat menyerap polusi udara seluas lapangan bola dengan teknologi listrik statis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: