Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Luhur Pradjarto mengungkapkan, Induk Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Inkopti) akhirnya bisa menggelar Rapat Anggota Tahunan Luar Biasa (RATLB) atas dorongan yang kuat dari para anggota.
"Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) sebagai anggota Inkopti wajib mengingatkan pengurus untuk menyelenggarakan rapat anggota karena RAT merupakan parameter pelaksanaan demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan organisasi koperasi," kata Luhur pada acara pembukaan RATLB Inkopti di Salatiga, Kamis (1/7/2019).
Luhur menambahkan, sudah 10 tahun Inkopti tidak pernah menyelenggarakan RAT karena kondisi internal. "Naumn, ini bukan suatu alasan untuk tidak melaksanakan RAT," tegas Luhur.
Justru melalui RAT, lanjut Luhur, segala sesuatu bisa dibahas bersama anggota untuk mencari solusi dan menghindari kevakuman.
Menurut Luhur, perubahan lingkungan yang sangat dinamis mengharuskan pelaku usaha, termasuk koperasi harus pandai mengatur strategi bisnis dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Baca Juga: Hadapi Kemajuan Teknologi, Koperasi Mesti Siapkan SDM Andal
Tidak hanya itu, kata Luhur, kemajuan teknologi informasi harus disikapi dengan bijak dan harus segera bertransformasi untuk mengadopsi teknologi.
"Inkopti sebagai sekunder dapat mengimplementasikan teknologi informasi untuk memenuhi kebutuhan anggota sekaligus sebagai sarana memantau jumlah pengrajin tempe tahu, kebutuhan anggota akan bahan baku, peralatan processing, termasuk informasi pasar," jelas Luhur.
Oleh karena itu, Luhur meyakini bangkitnya Inkopti yang ditandai dengan RATLB ini dapat membuahkan keputusan-keputusan strategis untuk pembenahan manajemen sekaligus mengatasi permasalahan yang selama ini dihadapinya.
"Untuk itu, pengurus tidak boleh lengah dan perlu melakukan kaderisasi agar tidak ketinggalan dengan badan usaha lainnya. Sudah saatnya kepengurusan koperasi dipegang generasi milenial yang umumnya melek teknologi," papar Luhur.
Tidak hanya itu, bagi Luhur, Inkopti yang merupakan koperasi di sektor riil, mempunyai potensi yang besar menangkap peluang pasar karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengonsumsi tempe dan tahu.
"Pengurus harus bisa menyusun rencana kerja yang konkrit sesuai dengan keperluan anggota dan perkembangan bisnis," tukas Luhur.
Hanya saja, Luhur menekankan bahwa perubahan pemikiran ini tidak hanya untuk Inkopti, tetapi juga termasuk Primkopti selaku anggotanya. Jika Primkoptinya maju dan berkembang, tentu Inkopti juga berkembang.
"Kalau masih tidak berkembang, maka kepengurusannya perlu dikoreksi dan dibenahi lagi karena reformasi total koperasi masih berlanjut dalam rangka mewujudkan koperasi yang berkualitas," tandas Luhur.
Baca Juga: Era Revolusi Industri 4.0, Koperasi Diminta Bertransformasi
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Jawa Tengah Sutrisno, sebagai pengganggas RALB yang juga ketua panitia, menyampaikan bahwa anggota Inkopti seperti anak kehilangan induk karena Inkopti tidur panjang. Sutrisno pun mengajak seluruh anggota yang hadir untuk bersama-sama dan bergotong royong membangun Inkopti.
Sementara Ketua Harian Dekopin Agung Sudjatmoko menegaskan bahwa bisnis yang eksis adalah bisnis yang mampu mengadaptasi setiap perubahan yang ada, bukan melawannya. Untuk itu, pengurus harus lincah membuat keputusan dan menangkap peluang.
"Agar organisasi lincah, maka struktur harus ramping, tetapi kaya fungsi dan menggunakan teknologi informasi karena kalau tidak menggunakan teknologi informasi, akan tertinggal," pungkas Agung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: