PT PLN (Persero) memandang bila pemanfaatan teknologi digital di tengah perkembangan industri 4.0 akan mampu mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi nasional yang dibarengi pula dengan upaya optimalisasi penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Direktur PLN, Muhamad Ali, mangatakan bahwa era disrupsi dan revolusi industri 4.0 terdapat tantangan bagi pengelolaan sumber daya manusia di setiap organisasi. "Sementara, pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan membutuhkan SDM yang kompeten untuk memastikan bisnis berjalan dengan baik untuk melayani kebutuhan masyarakat," katanya di Jakarta, Senin (16/9).
Baca Juga: PLN Bangun Tiga PLTU Senilai Rp12 Triliun
Sebagai upaya melistriki Nusantara, lanjut Ali saat ini rasio elektrifikasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah mencapai 73,72 persen. Dia mengungkapkan, realisasi ini dapat terjadi karena adanya dukungan sumber energi baru terbarukan (EBT) yang melimpah di wilayah tersebut.
“Saat ini lebih dari Rp9 miliar investasi yang tertanam di enam pembangunan sumber EBT, meliputi PLTP (panas bumi), PLTMH (mikro hidro), PLTS (tenaga surya), dan PLTB (tenaga bayu). Melalui sinergi dengan pemerintah desa, maka pelaksanaan program Tim Percepatan Listrik Pedesaan terlaksana dengan baik,” ucapnya.
Menurutnya, peningkatan rasio elektrifikasi di NTT juga memerlukan dukungan dan pembangunan oleh SDM berkompetensi yang dihasilkan melalui pelaksanaan program vokasi, program rekrutmen dan melakukan program kerja sama program D3 dengan Politeknik Negeri Kupang.
Baca Juga: PLN Raih Dana Rp3 Triliun dari Penerbitan Samurai Bond
Ali menjelaskan bila percepatan peningkatan rasio elektrifikasi nasional harus dibarengi dengan pengembangan SDM yang bisa memanfaatkan perkembangan teknologi digital dalam era industri 4.0. Selain itu, lanjut dia, upaya tersebut juga harus dibarengi dengan pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan.
Sementara itu, menurut General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT, Ignatius Rendoyoko mengemukakan, kondisi rasio elektrifikasi di NTT telah mencapai 73,72 persen atau meningkat dari tahun lalu yang hanya mencapai 62 persen.
"Kami melihat wilayah ini merupakan salah satu provinsi yang tertinggi dalam optimalisasi penggunaan EBT, khususnya dalam pemanfaatan energi surya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pengerjaan projek PLTS di NTT dilakukan melalui peggunaan bidang lahan tanah yang tidak lagi produktif, sehingga nilai ekonomisnya akan bisa terkonversi melalui aplikasi PLTS,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: