Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Risyanto Suanda bersama satu orang lainnya sebagai tersangka kasus suap kuota impor ikan tahun 2019.
KPK menduga Risyanto menerima duit US$30 ribu atau setara Rp400 juta terkait pengurusan kuota impor ikan.
"KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dengan dua orang sebagai tersangka," ucap Wakil Ketua KPK Saut Situmorang saat jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Baca Juga: Pegawai Perindo Terjaring OTT KPK
Berikut ini profil dan deretan bisnis Perum Perindo yang Warta Ekonomi rangkum dari situs resminya:
Perum Perindo merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 1990 yang terbit tanggal 20 Januari 1990. BUMN ini dulunya bernama Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera (Perum PPS) sebelum terbitnya PP nomor 9 tahun 2013.
Tugasnya adalah mengelola aset pemerintah dengan melakukan pengusahaan dan pelayanan jasa dan barang, serta pengembangan sistem bisnis perikanan kepada nelayan dan masyarakat perikanan. Bisnis ini dijalankan di sembilan pelabuhan milik Perindo yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kesembilannya ialah Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta di Jakarta, Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan di Belawan; Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan di Pekalongan; Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Brondong; Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat di Pemangkat.
Lalu, Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi di Prigi; Pelabuhan Perikanan Lampulo di Banda Aceh; Pelabuhan Perikanan Tarakan; dan Pelabuhan Perikanan Banjarmasin.
Saat ini, Perindo fokus pada tiga bisnis utamanya. Pertama, jasa pelabuhan yang meliputi sewa lahan dan bangunan, tambat labuh, jasa docking dan perbaikan kapal, sewa cold storage, produksi es, penjualan BBM, air bersih dan perbekalan kapal lainnya.
Kedua, budi daya ikan dan udang, termasuk produksi pakan ikan dan udang. Terakhir, perdagangan dan pengolahan ikan dan hasil laut, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor.
Selain di sembilan pelabuhan yang disebutkan di atas, Perum Perindo mengembangkan operasinya di 29 wilayah, terbentang dari Aceh sampai Papua.
Dari pengembangan wilayah kerja dan lini usahanya, perusahaan mencatatkan kinerja positif yang terbilang signifikan. Pendapatan pada 2013 hanya di kisaran Rp100 miliar, meningkat jadi Rp200 miliar tiga tahun setelahnya. Tahun lalu, pendapatan itu meroket menjadi Rp1 triliun (unaudited).
Dirut Risyanto Suanda menjelaskan, angka pendapatan tersebut meningkat 39,7% jika dikomparasi dengan tahun sebelumnya yang senilai Rp600 miliar.
Baca Juga: Perum Perindo Patok Target Pendapatan di 2019 Naik 39,8%
"Kami bersungguh-sungguh mengupayakan Perum Perindo sebagai BUMN perikanan dapat naik kelas jadi perusahaan beromzet Rp1 triliun dan menjaga growth perusahaan," kata dia di Kawasan Pelabuhan Perikanan Penjaringan, Jakarta, Minggu (27/1/2019).
Diketahui, perolehan pendapatan senilai Rp1 trilliun tersebut berasal dari tiga sektor, yakni pendapatan di sektor pelabuhan senilai Rp191,9 miliar, pendapatan budi daya Rp154,8 miliar dengan volume 2.183 ton, dan terakhir pendapatan perdagangan Rp616,5 miliar dengan volume sebesar 41.675 ton.
Dari capaian tersebut, perusahaan meraih laba bersih senilai Rp27 miliar, meroket 238% dari tahun sebelumnya Rp7,98 miliar.
Untuk tahun ini, Perum Perindo menargetkan pendapatan sebesar Rp1,4 triliun dan laba bersih Rp29,4 miliar. Sementara ekspor, perusahaan membidik nilainya tembus US$22 juta atau sekitar Rp311 miliar, meningkat 223% dibandingkan tahun lalu US$6,8 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti