Meski belakangan marak bermunculan perusahaan rintisan atau startup, tidak jarang dari mereka berakhir pada kegagalan. Riset yang dilakukan Thomas R. Eisenmann, profesor dari Harvard Business School, menyatakan bahwa bisnis rintisan atau startup kebanyakan (90%) berujung pada kegagalan.
Figur serupa juga ditunjukan CB Insight yang menganalisis 101 bisnis/startup. Penyebabnya, banyak pelaku bisnis membuat produk yang salah atau dengan kata lain tidak ada kebutuhan pasar untuk produk yang diciptakan startup tersebut. Penyebab lain, tidak memiliki komposisi tim yang tepat atau strategi harga yang tidak bisa bersaing.
Baca Juga: Benihbaik, Startup Crowdfunding untuk Bantu Sesama
Aditya Sjahrandra, Shareholder & Growth Consultant Insider, startup penyedia platform manajemen pertumbuhan, menyatakan bahwa pemilik startup perlu menghindari empat hal berikut agar bisa sukses. Pertama, hindari membuat produk yang tidak memberi solusi apapun. Jangan terlalu fokus pada pertumbuhan ketimbang retensi, jangan sampai terjadi adopsi produk yang buruk, serta jangan sampai memiliki manajemen yang buruk.
Ia mencontohkan, Insider yang bermula pada 2012 lalu dari sebuah ruang kerja kecil di Istambul dan digarap oleh enam orang kini bisa memiliki lebih dari 450 orang dan dipercaya menjadi partner perusahaan besar seperti Telkomsel, Garuda Indonesia, Astra International, Tokopedia, dan sebagainya. "Karena menghindari empat hal tersebut, kami alhamdullillah mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan rata-rata sebesar 200 persen per tahun," kata Aditya.
Aditya menambahkan, ada enam strategi yang bisa diterapkan pemilik startup agar bisnisnya tidak gagal. Pertama, ciptakan kategori baru di pasar. Ambil contoh Elvis Presley yang menciptakan genre music baru rock n roll atau Muhammad Ali yang meciptakan pertunjukan tinju baru showman box. Contoh lain adalah Salesforce yang menciptakan kategori pasar CRM cloud atau Facebook yang menciptakan kategori sosial media face tag.
Perusahaan-perusahaan tersebut menciptakan kategori baru di pasar yang sampai hari ini terus diikuti pengguna. Insider pun sama, menciptakan kategori baru di pasar point solution yang selama ini didominasi perusahaan besar seperti Oracle dan sebagainya, yang dinamai Growth Management Platform.
Strategi kedua, membangun relasi yang kuat dengan technology partner. Setiap perusahaan penyedia SaaS atau pun jasa B2C harus belajar dari kasus search engine Yahoo yang terlalu fokus membangun semuanya sendiri, mulai dari Yahoo Finance, Yahoo Weather, Yahoo News, dan sebagainya. Akibatnya, ia tergilas oleh Google dengan semua kemudahan navigasi dan relevansi konten yang ditawarkan Google yang mengarah pada retensi tinggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum