Prancis Berhasil Hentikan Serangan Pesawat Ala Serangan Teroris 9/11 AS
Salah satu kelompok teroris yang terinspirasi oleh serangan 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat belum lama ini digagalkan oleh polisi Prancis. Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner membeberkan percobaan serangan teroris itu.
Apabila serangan itu terjadi maka akan menambah rekor buruk keamanan Prancis usai serangan penusukan di markas polisi Paris 3 Oktober 2019.
Tampil di sebuah acara "Vous avez la parole (Anda punya kata)" di stasiun televisi France 2 pada hari Kamis (17/10/2019), Castaner mengemukakan untuk pertama kalinya penangkapan bulan lalu atas seorang individu yang ingin mengambil inspirasi dari serangan teroris 9/11.
Baca Juga: Brand Terkenal Asal Prancis Dikritik Soal China, Dior Bilang. . .
"Penyerang memiliki proyek untuk membajak sebuah pesawat dan terorganisir untuk melakukan hal itu," kata Menteri Castaner tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang plot teroris tersebut.
Beberapa media Prancis lantas melengkapi bocoran informasi itu dengan mengutip sumber polisi. Menurut laporan media, tersangka tinggal di kompleks departemen Hauts-de-Seine, sebelah barat Paris pusat. Tersangka berkebangsaan Prancis di bawah usia 30 tahun.
Sumber dari kepolisian, tersangka juga mempertimbangkan untuk melakukan serangan di negara Uni Eropa lainnya, karena Prancis terlalu banyak pengawasan. Polisi dan dinas kontra intelijen Prancis, DGSI, dilaporkan melakukan pengawasan selama tiga hingga empat bulan, karena tersangka mencari kaki tangan melalui media sosial.
Castaner membocorkan informasi perihal plot teroris ala serangan 9/11 itu saat membahas serangan penikaman 3 Oktober di markas polisi di Paris. Dia mencatat bahwa itu adalah salah satu dari 60 plot teroris yang digagalkan oleh otoritas Prancis sejak 2013.
Baca Juga: Prancis Desak UE Menghentikan Pengiriman Senjata ke Turki
Kejadian itu, di mana seorang karyawan IT dengan fatal menusuk empat petugas polisi dan melukai dua lainnya sebelum dia ditembak dan dibunuh. Awalnya, serangan penusukan ini dianggap sebagai amukan pelaku terkait pekerjaan.
Tetapi, belakangan diketahui jika karyawan itu menjadi mualaf beberapa bulan sebelumnya, dan para penyelidik menemukan indikasi terorisme sebagai motif serangan.
Prancis berada dalam keadaan darurat sejak November 2015, saat para penyerang yang bersumpah setia kepada kelompok Islamic State atau ISIS menewaskan 130 orang di Paris sebagian besar korban tewas berada sebuah konser di teater Bataclan. Serangan besar lainnya terjadi di Nice pada Bastille Day 2016, ketika seorang teroris membajak sebuah truk dan menabraki kerumunan massa yang menewaskan 86 orang dan melukai hampir 500 orang lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri