Kisah Haru Anak Pedagang Ayam yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Sofyan Djalil

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan nama-nama yang ia utus untuk membantu para Menteri pada Jumat (25/10/2019) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat. Dari sederet nama yang menjadi wakil menteri, politikus dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Surya Tjandra memiliki kisah hidup yang menarik untuk diulik.

Surya diminta Jokowi untuk membantu Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil.

Sebelum masuk ke PSI, Surya ternyata bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Ia merupakan anak dari ayah dan ibu seorang pedagang ayam potong di pasar Jatinegara, Jakarta.

Baca Juga: Jadi Wakil Wishnutama, Anak Bos MNC Harus Rela Lepas Sederet Jabatan Ini

Pria kelahiran tahun 1971 ini datang dari keluarga yang sederhana. Bahkan, saat masa sekolah dulu, rapot Surya terpaksa ditahan pihak sekolah karena tidak bisa membayar administrasi. Kedua kakak Surya pun harus berhenti kuliah karena masalah biaya.

Alih-alih berputus asa, Surya justru menjadikannya sebagai pecutan baginya untuk meniti karier secemerlang mungkin.

Ia berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Surya juga melanjutkan Studi Pasca Sarjana melalui jalur beasiswa di Universitas Warwick, Inggris dan Program Doktoral di Universitas Leiden, Belanda.

Bekerja di LBH bukan tanpa alasan, Surya yang datang dari keluarga sederhana berniat ingin membantu sesamanya bangkit dari kemiskinan dan ketidakadilan.

Baca Juga: Bos Inalum Merapat ke Istana, Berapa Harta Kekayaannya?

Di lembaga itu, Surya ditempatkan di Divisi Perburuhan yang fokus untuk pembelaan terutama bagi buruh industri.

Untuk diketahui, ternyata Surya jugalah yang mengawal pengesahan UU No. 24 tahun 2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Surya berperan sebagai Koordinator "Tim Pembela Rakyat untuk Jaminan Sosial" menjadi kuasa hukum dari ratusan penggugat dari berbagai kalangan masyarakat dan bertanggung jawab dalam merancang gugatan hingga mengikuti persidangan di pengadilan.