Perkembangan dunia teknologi tidak dapat dibendung lagi. Tempat untuk mungkir juga tidak tersedia. Sektor industri dipaksa harus mengakui bahwa mereka harus menggandeng teknologi untuk bisa maju bersama.
Mulai dari sektor keuangan, properti, infrastruktur dan juga transportasi mulai bergandengan tangan dengan barang yang dinamakan digitalisasi, demi memaksilmalkan kinerjanya. Termasuk didalamnya sektor infrastruktur kemaritiman, yakni pelabuhan.
Nah PT Pelabuhan Indonesia (Persero) II atau Indonesia Port Corporation (IPC) sudah sejak tahun 2016 lalu mulai memantapkan diri untuk menjadi pelabuhan digital. Tidak tanggung-tanggung, rencana tersebut dalam target kinerja perusahaan diproyeksikan rampung dalam waktu 4 tahun atau di tahun 2020 mendatang.
Dengan menjadi pelabuhan yang bersahabat dengan teknologi, IPC diyakini mampu membuat rantai proses bisnis menjadi efisien. Apalagi saat ini, Presiden Joko Widodo juga terus menggaungkan perihal industri 4.0 di masing-masing sektor industri.
Baca Juga: Perjalanan Panjang Evlyn Bawa IPC Menjadi "World Class Port"
Disamping itu, digitalisasi pelabuhan juga perlu dilakukan agar biaya logistik menjadi semakin murah sehingga ekspor nasional dapat digenjot menjadi lebih baik lagi. Dengan menjadi pelabuhan digital, IPC juga bisa menjalankan perannya sebagai trade facilitator, yang menghubungkan sistem pelabuhan dengan ekosistem yang ada di luar pelabuhan.
Selama ini, biaya logistik di tanah air dikenal memiliki biaya tertinggi di wilayah Asia. Sebagai contoh, biaya logistik dari Surabaya ke wilayah paling timur di Indonesia yakni Papua membutuhkan dana sekitar Rp20 juta.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira mengatakan rata-rata biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari produk domestik bruto (PDB). Padahal idealnya, kontribusi biaya logistik berada di angka 15%. Kedepannya melalui penggunaan teknologi digital, diharapkan dapat memangkas biaya operasional sebanyak 40%.
“Dengan sistem komputasi awan dan juga artificial intelligence yang saat ini marak dikembangkan oleh banyak perusahaan, diharapkan dapat memangkas biaya operasional secara signifikan,” katanya kepada Warta Ekonomi, Senin (11/11).
Lebih lanjut dikatakan, dengan menyusutnya biaya operasional secara otomatis dapat mendongkrak laba bersih perusahaan.
Adapun transformasi digital yang sudah dilakukan oleh IPC adalah, perseroan berupaya menghubungkan kegiatan yang ada di laut maupun di darat melalui sistem entreprise resources planning (ERP).
Melalui hal itu, kelancaran arus barang dan kendaraan di area pelabuhan diharapkan bisa semakin baik. Sehingga proses bongkar muat barang juga bisa dilakukan semakin cepat.
Baca Juga: Turunkan Biaya Logistik Nasional Hingga 4,9%, IPC Siapkan Jurus "Trilogi Maritim"
Direktur Utama IPC Elvyn G Masassya mengungkapkan implementasi digitalisasi menjadi fokus perusahaan dalam beberapa tahun kebelakang. IPC selaku BUMN operator pelabuhan terus meningkatkan standardisasi pelayanan secara optimal, mulai dari barang sampai pelabuhan hingga perihal efektivitas pembayaran.
“Kami juga melaksanakan transformasi di bidang keuangan yang membuat seluruh transaksi di pelabuhan menjadi tercatat karena adanya cahshless payment system,” tambahnya.
Kinerja Operasional Melambung
Rangkaian transformasi yang sudah dilakukan perusahaan juga langsung terlihat dari meningkatnya kinerja operasional perusahaan. Hal itu terefleksi dari jumlah arus peti kemas di tahun 2018 yang mencapai 7,64 juta TEus.
Angka itu meningkat 10,24% dari jumlah arus peti kemas perusahaan 2016 yang sebesara 6,92 juta TEus. Arus kapal perusahaan juga ikut mengalami peningkatan sebesae 10,95% menjadi 24,3 juta GT. Sementara untuk arus penumpang, peningkatannya terlihat lebih signifikan lagi, mencapai 39,25% menjadi 612,68 ribu orang.
Melihat capaian kinerjanya di tahun lalu, perusahaan optimistis dapat meraup laba bersih di 2019 sebesar Rp2,61 triliun atau tumbuh 7,4% dari posisi laba di akhir tahun 2018 lalu. Sebagai salah satu strategi untuk meraihnya perusahaan bakal menggenjot pendapatan usahanya hingga dapat bertumbuh sebanyak 18% menjadi Rp13,5 triliun.
Digitalisasi jangan di semua pelabuhan.
Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menuturkan saat ini digitalisasi pelabuhan dirasa masih sebatas tren. Sementara arti pentingnya dari digitalisasi belum terlalu signifikan.
Baca Juga: Fokus Digitalisasi, IPC Bidik Jadi Pelabuhan Berkelas Dunia
“Ada sistem IT, tetapi interkoneksi dengan perusahaan pelayaran ridak ada. Padahal di sistem IT kita banyak sekali platform untuk itu,” katanya kepada Warta Ekonomi, Senin (12/11).
Disamping itu, dikatakan Siswanto digitalisasi pelabuhan lebih tepat jika dilakukan di pelabuhan yang tergolong ramai. Seperti Tanjung Priouk dan Pelabuhan Panjang. Karena jika digitalisasi diterapkan di pelabuhan yang relatif sepi lalu lintas barang dan juga penumpangnya, dikhawatirkan malah membuat beban keuangan perusahaan bertambah berat.
Namun bukan berarti pelabuhan yang masuk dalam kategori sepi tidak diperhatikan. Menurut Siswanto, untuk pelabuhan yang merugi dan memiliki produktivitas rendah sebaiknya dilebur menjadi satu pelabuhan besar.
Dengan begitu biaya pemeliharaan dapat ditekan dan dana yang sedarinya dialokasikan untuk pembaruan sistem IT dialihkan untuk penggabungan pelabuhan. “Seperti di pelabuhan Jambi dan Bengkulu, itu merupakan pelabuhan yang merugi. Sementara ada pelabuhan panjang yang secara lokasi lebih dekat dengan para pebisnis,” jelasnya.
Baca Juga: Berambisi Jadi Pelabuhan Kelas Dunia, Ini 3 Fokus IPC di 2019
Karena lanjut Siswanto, digitalisasi dikatakan menekan biaya operasional hanya ada diatas kertas saja. Secara riil pelaku usaha harus melihat operasionalnya sendiri seperti apa, karena jika produktivitasnya tinggi, arus barangnya juga pasti tinggi. Pelabuhan yang seperti itu yang pas untuk dibuat pelabuhan digital.
Sebagai catatan, IPC memiliki 12 cabang pelabuhan yang berada di berbagai wilayah barat Indonesia. Ditargetkan pada tahun ini, keseluruhan cabang pelabuhan perusahaan sudah bisa menjalankan digitalisasi pelabuhan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri