Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Peringkat ke-23 dalam Deteksi Ransomware

Indonesia Peringkat ke-23 dalam Deteksi Ransomware Kredit Foto: Unsplash
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Kaspersky telah mengidentifikasi jenis baru serangan ransomware yang makin populer. Dengan menargetkan Network Attached Storage (NAS), itu menimbulkan risiko baru untuk data cadangan yang biasanya disimpan pada perangkat tersebut.

Dengan sebagian besar NAS dianggap sebagai teknologi yang aman, para pengguna seringkali tetap tidak mempersiapkan untuk kemungkinan infeksi yang ada sehingga dapat menimbulkan risiko yang lebih tinggi.

Baca Juga: Gawat! Korban Malware Finansial Meningkat, Berikut Saran dari Pakar Keamanan Siber

Enkripsi ransomware adalah malware yang menerapkan metode enkripsi canggih sehingga file tidak akan dapat didekripsi tanpa kunci unik. Metode ini membuat pemilik perangkat yang terinfeksi terjebak dengan perangkat yang terkunci dan sebagai gantinya, pengguna akan diminta untuk membayar uang tebusan demi mendapatkan akses kembali menuju file.

Sementara pengguna biasanya terinfeksi ransomware melalui e-mail atau exploit-kit yang ditanam pada situs web, jenis baru serangan pada perangkat NAS ini menggunakan vektor yang berbeda. Operator ransomware akan memindai rentang alamat IP untuk mencari perangkat NAS yang dapat diakses melalui web.

Meskipun hanya web antarmuka yang terlindung dengan otentikasi yang dapat diakses, beberapa perangkat memiliki perangkat lunak terintegrasi dengan kerentanan di dalamnya. Ini memungkinkan para pelaku kejahatan siber untuk menginstal Trojan menggunakan exploit yang kemudian akan mengenkripsi semua data pada perangkat yang terhubung ke NAS.

"Sebelumnya, enkripsi ransomware yang menargetkan NAS hampir sangat sulit dibuktikan secara umum. Namun, pada tahun ini saja kami telah mendeteksi sejumlah keluarga ransomware terbaru yang hanya berfokus pada NAS. Tren ini tidak mungkin pudar karena vektor serangan ini terbukti sangat menguntungkan bagi para pelaku kejahatan siber, terutama ketidaksiapan para pengguna, karena bagi mereka teknologi ini sangat dapat diandalkan," kata Fedor Sinitsyn, peneliti keamanan di Kaspersky dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/12/2019).

Selama Q3 2019, Kaspersky mendeteksi dan memblokir serangan ransomware enkripsi pada 229.643 pengguna produk Kaspersky. Ini 11% lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun jumlah total pengguna yang terpengaruh mengalami sedikit penurunan, laporan menunjukkan bahwa jumlah modifikasi ransomware enkripsi terbaru tumbuh dari 5.195 di Q3 2018 menjadi 13.138 di Q3 2019, ini merupakan peningkatan sebesar 153%.

Pertumbuhan tersebut menandakan ketertarikan para pelaku kejahatan siber pada jenis malware tersebut sebagai sarana untuk memperkaya mereka. Untuk Indonesia di Q3 2019, terdapat 2,26% pengguna yang terinfeksi ransomware (di antara para pengguna produk Kaspersky dengan deteksi malware jenis apa pun). Jumlah ini mengalami penurunan  0,01% dengan 2,27% pengguna terinfeksi ransomware pada periode yang sama di tahun lalu. Jumlah ini juga sekaligus menempatkan Indonesia pada peringkat ke-23 secara global dalam hal deteksi ransomware di Q3 2019.

Pada saat yang sama, keluarga Trojan WannaCry bertahan di tempat pertama di antara Trojan paling populer dengan lebih dari seperlima pengguna yang diserang telah menjadi target oleh malware yang teridentifikasi sebagai bagian dari salah satu kelompok ini.

Tiga paling populer yang menyumbang serangan cryptors kepada hampir separuh pengguna adalah Trojan-Ransom.Win32.Wanna (20,96% pengguna terserang), Trojan-Ransom.Win32.Phny (20,01%), dan Trojan-Ransom.Win32.GandCrypt (8,58%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: