Dewan Pengurus Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) meminta isu persoalan Uighur di Xinjiang, China tak dipolitisasi. KNPI menilai kasus Uighur adalah isu internal pemerintah China.
Sekjen DPP KNPI, Addin Jauharudin mengatakan, apa yang terjadi di Xinjiang lebih tepat diserahkan kepada Pemerintah China.
Bahwa adanya gerakan separatisme, dan radikalisme yang berkembang di sebagian masyarakat Uighur, kata dia, sebaiknya diselesaikan dengan pendekatan persuasive, perdamaian, dan bisa belajar dari komunitas muslim Indonesia.
Baca Juga: Doa Bersama untuk Palestina-Uighur Dituduh Ditunggangi FPI-HTI, Panitia Akan Lapor Polisi
“Ini demi menciptakan stabilitas kawasan di China dan perdamaian global,” ujar Addin melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (28/12/2019).
Addin memaparkan bahwa jumlah penduduk muslim di China mencapai 23 juta jiwa. Tersebar di banyak provinsi dan etnis.
“Begitupun jumlah mahasiswa Indonesia sekitar 440 ribu orang semuanya dalam keadaan baik–baik saja. Maka konflik Uighur tidak bisa dikaitkan dengan persoalan agama dan persoalan terorisme dan radikalisme yang berkembang di Uighur juga bukan bagian dari agama,” ungkapnya.
Addin menghimbau kepada seluruh organisasi di Indonesia dan khususnya organisasi Islam untuk tidak terprovokasi soal Uighur, yang tentu saja dapat berdampak pada terganggunya perdamaian global.
Baca Juga: PA 212: Penindasan Uighur Tak Bisa Ditolerir
“Mari kita kedepankan tabayyun. DPP KNPI sebagai organisasi berhimpun organisasi kepemudaan yang isinya lintas agama, suku dan golongan menghimbau untuk memandang soal Uighur secara jernih, rasional dan tidak terprovokasi dengan sentimen suku agama dan ras (SARA),” ungkap dia.
Addin menambahkan bahwa kebinekaan dan keragaman yang selama ini sudah terjaga dan terjalin, harus terus dipertahankan menjadi modal keutuhan bangsa dan perdamaian dunia.
“Kepada pemerintah agar melakukan diplomasi lunak untuk membantu dengan membagi pengalaman penyelesaian konflik kepada pemerintah China,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: