Uber Tutup Kantor di LA, Begini Kisah Pendirinya yang Didepak dari Perusahaannya Sendiri
Baru-baru ini Uber dikabarkan menutup kantornya di Los Angeles dan dilaporkan memberhentikan sekitar 80 anggota staf. Dilansir dari Business Insider di Jakarta, Kamis (20/2/2020) menurut Los Angeles Times, staf kantor diberitahu tanpa peringatan bahwa pekerjaan mereka akan dialihkan ke Manila di Filipina.
Meskip Uber menghasilkan USD 997 juta atau Rp13,73 triliun pada tahun 2018 berkat penjualan bisnis internasionalnya, perusahaan ini sejatinya secara konsisten tidak menguntungkan meskipun menjadi aplikasi ride sharing terbesar di dunia.
Sementara sang mantan CEO Uber sekaligus pendirinya, Travis Kalanick juga telah melakukan penjualan besar-besaran akhir tahun lalu, ia menjual hampir semua sahamnya di perusahaan antara November dan Desember. Dengan melakukan itu, ia meninggalkan lebih dari USD 1 miliar atau Rp13,78 triliun.
Baca Juga: Tinggalkan Uber, Travis Kalanick Kantongi Uang Rp35 Triliun
Uber ia dirikan bersama rekannya, Garret Camp pada Maret 2009. Semua berawal pada tahun 2008, saat Kalanick dan Camp menghadiri konferensi teknologi LeWeb di Paris untuk mencari ide. Salah satunya adalah aplikasi penyewaan mobil.
Pria kelahiran 6 Agustus 1976 ini dikenal sebagai sosok blak-blakan. Ia pernah menyerang industri taksi. Travis pernah menilai industri taksi terlalu proteksionis. Protes yang menimpa Uber menurutnya bukan disebabkan sopir taksi melainkan perusahaannya.
"Perusahaan taksi memilih tidak berkompetisi sama sekali dan suka begitu begitu saja," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: