Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Corona Buat Apple Bingung, Gimana Rantai Pasokan dan Permintaan Pelanggan, Masih Aman??

Corona Buat Apple Bingung, Gimana Rantai Pasokan dan Permintaan Pelanggan, Masih Aman?? Kredit Foto: Reuters/Ralph Orlowski
Warta Ekonomi, Bogor -

Bagi perusahaan Amerika Serikat (AS) paling berharga, Apple Inc, COVID-19 menimbulkan pertanyaan tentang penawaran dan permintaan.

Dari segi penawaran, sejumlah pabrik Apple di Asia ditutup setelah liburan Tahun Baru Imlek karena wabah itu menjalar ke seluruh China pada awal tahun. Parahnya, di antara pabrik yang ditutup terdapat fasilitas yang merakit iPhone--sumber pendapatan terbesar Apple.

Pada akhirnya, hal itu mengganggu rantai pasokan Apple. Apalagi, kebangkitan wabah corona di China baru-baru ini akan semakin menghambat perusahaan, walaupun pabrik-pabrik Apple di China telah dibuka kembali belum lama ini.

Baca Juga: Diminta Bekerja dari Rumah, Karyawan Ritel Apple Dikasih Bonus Hampir Rp2 Juta Buat . . . .

Di samping masalah rantai pasokan, masalah permintaan pun jadi hal yang patut dipertanyakan. Akibatnya, Apple kembali menunda peluncuran iPhone versi murah (SE 2/9) yang diduga akan meluncur pada Maret lalu.

Lebih lanjut, dalam laporan pendapatan di kuartal terbaru, Apple mengatakan, "akan meluncurkan ponsel 5G pertama yang diperkirakan akan dirilis pada September."

Mengapa permintaan terhadap iPhone berisiko terdampak? Sebab, corona sudah menyebar ke negara-negara di luar China, menimbulkan guncangan ekonomi yang berpotensi resesi.

Begitu pula dengan permintaan konsumen terhadap produk Apple lain, seperti iPad, Mac, bahkan headphone. Ditambah, para karyawan ritel pun kini diminta bekerja dari rumah.

Prediksi Analis

Apple memperkirakan akan memperoleh pendapatan US$63 miliar-US$67 miliar ada pendapatan kuartal Maret, mendorong analis yang disurvei oleh FactSet menetapkan proyeksi mereka di angka US$65,1 miliar per akhir Januari.

Untuk tahun fiskal penuh, analis memproyeksikan US$270,45 miliar pada akhir kuartal pertama, turun dari angka US$273,88 miliar pada akhir Januari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: