Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hari Pertama PSBB Bandung Raya, Arus Lalu Lintas Turun Drastis

Hari Pertama PSBB Bandung Raya, Arus Lalu Lintas Turun Drastis Bandung | Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Sumedang -

Arus lalu lintas menurun drastis pada hari pertama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Bandung Raya.

Demikian diungkapkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar melakukan peninjauan titik-titik checkpoint di lima daerah Bandung Raya di Kabupaten Sumedang, Rabu (22/4/20).

Kelima titik tersebut yakni gerbang tol Pasteur Kota Bandung, Jalan Amir Mahmud Kota Cimahi, gerbang tol Padalarang Kabupaten Bandung Barat, underpass tol Kopo Kabupaten Bandung, dan perbatasan Bandung-Jatinangor Kabupaten Sumedang.

Baca Juga: Sejak WFH dan PSBB, Pendapatan Warga Jabodetabek Anjlok

Baca Juga: PSBB di Jakarta, Warga: 'Apaan Jalanan dan Pasar Masih Ramai'

“Laporan berita baiknya, jumlah traffic lalu lintas menurun drastis. Tapi kami monitor di Jabodetabek selang berapa hari itu kembali (ramai) lagi, makanya kita harus konsisten,” kata Emil.

Guna menghindari kelonggaran disiplin, Emil mengusulkan kepala daerah dan kapolres memberlakukan pembagian jam kerja. 

“Saya titip juga Pak Bupati, Pak Kapolres, penjagaan checkpoint jangan hanya siang. Justru banyak laporan kalau di Jabodetabek itu malam jadi ramai lagi, jadi mungkin dibikin shift saja,” tegasnya.

Selain itu, Emil juga mengimbau aparat setempat terus mengecek dua hal, yakni protokol kesehatan dan niat berkegiatan. Protokol kesehatan, mengharuskan masyarakat yang keluar rumah untuk memakai masker dan menjaga jarak aman dalam kendaraan. 

Sedangkan niat berkegiatan, sudah diatur delapan sektor yang dikecualikan pada PSBB  yakni kesehatan, pangan, logistik, penyedia kebutuhan retail, komunikasi, energi, keuangan dan perbankan, serta industri strategis. 

Menurutnya, tujuan PSBB Bandung Raya ini adalah menurunkan tren penyebaran COVID-19. Ia menuturkan, melalui tes masif sebanyak 0,6 persen dari jumlah penduduk daerah PSBB, akan diketahui lokasi penyebaran virus yang harus dilokalisasi. Sedangkan kedisiplinan masyarakat pada aturan PSBB akan meminimalisasi pergerakan yang berisiko. Hal inilah yang dinilai sebagai tolok ukur keberhasilan PSBB.

“Di akhir 14 hari PSBB, tes masif menemukan lokasi virus untuk dilokalisasi, kedisiplinan menemukan bahwa tidak ada lagi pergerakan. Nah, harusnya keberhasilan itu bisa diukur, maka setelah 14 hari PSBB bisa lebih rileks. Tapi kalau PSBB tanpa tes masif, nanti kita gak punya ukuran apa keberhasilannya,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: