Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadapi Situasi Covid-19, Rantai Pasok Harus Lebih Kuat dan Tangguh

Hadapi Situasi Covid-19, Rantai Pasok Harus Lebih Kuat dan Tangguh PT SAP Indonesia | Kredit Foto: SAP
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah situasi Covid-19, rantai pasok rentan terhadap risiko dalam ekonomi global. Karena itu, perusahaan yang mengandalkan rantai pasok dalam bisnisnya membutuhkan rantai pasok yang lebih tangguh dari sebelumnya. Organisasi juga disarankan merangkul sifat-sifat pemimpin industri untuk menjadi yang terbaik untuk sukses, terutama selama masa pandemi ini.

Demikian terungkap dalam survei terbaru perusahaan perangkat lunak terkemuka SAP SE dan Oxford Economics yang meneliti praktik "Pemimpin Rantai Pasokan". Dalam survei tersebut terungkap bahwa 12% responden dengan rantai pasokan yang lebih tangguh dan tingkat inovasi yang lebih tinggi, kepuasan pelanggan dan karyawan, dan angka pertumbuhan dibandingkan dengan responden lain.

Baca Juga: SAP Express dan Power Commerce Kolaborasi Perbesar Pasar

Pemimpin Rantai Pasokan sendiri diidentifikasi sebagai mereka yang memiliki empat sifat, yakni mendasarkan sebagian besar keputusan rantai nilai produk mereka pada kebutuhan pelanggan; faktor dalam masalah keberlanjutan dari desain produk hingga pengiriman; menangkap dan bertindak berdasarkan informasi waktu nyata, sering menggunakan artificial intelligence atau analitik prediksi; dan menyebarkan teknologi canggih pada skala di organisasi mereka.

Senior Research Analyst Senior Oxford Economics, Ben Wright, menjelaskan, meskipun survei diselesaikan pada awal Covid-19, sebelum perubahan rantai pasokan mencapai tingkat krisis, temuannya berlaku untuk tantangan saat ini. Temuan tersebut menunjukkan bahwa eksekutif rantai pasokan membutuhkan visibilitas untuk membuat keputusan yang tepat dengan kecepatan dan ketepatan dengan memanfaatkan teknologi yang membantu bisnis mereka merasakan, memprediksi, dan merespons dinamika global ini.

Martin Barkman, senior Vice President SAP dan Head of Digital Supply Chain, Solution Management mengatakan, situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah menyebabkan gangguan parah pada rantai pasokan, menjadi bisnis untuk mengirimkan produk tepat waktu dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurutnya, saat ini perusahaan membutuhkan rantai pasok yang tangguh lebih dari sebelumnya.

"Dunia tempat kita hidup, sementara sering bergolak, baru-baru ini telah berpaling dengan dampak Covid-19," kata Martin melalui siaran media yang diterima Warta Ekonomi Senin (27/4/2020).

Sementara, Andreas Diantoro, Managing Director PT SAP Indonesia menambahkan, situasi ini menuntut bisnis di Indonesia untuk membuat keputusan yang tepat dan tepat waktu mengenai kualitas dan biaya karena kondisi pasar bergeser dengan cepat karena pandemi Covid-19.

Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa produksi pabrik mengalami kontraksi pada level kuartal pertama tahun ini sebagai akibat dari lemahnya permintaan dan gangguan pada rantai pasokan. Menurut survei BI-PMI, hampir semua sektor manufaktur jatuh kecuali untuk makanan, minuman, dan tembakau.

Namun, bank sentral memproyeksikan bahwa kegiatan manufaktur akan sedikit pulih pada kuartal kedua tahun 2020 menjadi 48,79%, didorong oleh ekspansi dalam volume pesanan dan indeks volume stok barang.

"Meskipun ada dampak yang jelas pada rantai pasokan global dan lokal, para pemimpin rantai pasokan di Indonesia masih dapat merencanakan ke depan untuk pemulihan. Langkah-langkah untuk mendigitalkan operasi dan proses sekarang akan menempatkan bisnis pada jalur untuk menjadi perusahaan yang cerdas dengan ketahanan yang lebih kuat," jelas Andreas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: