Hydroxychloroquine adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan menangani penyakit malaria. Obat ini mengobati malaria dengan membunuh parasit yang menyebabkan penyakit.
Meski demikian, sebagaimana dilandir dari Health Line di Jakarta, Kamis (30/4/2020) belum sepenuhnya dipahami bagaimana obat ini bekerja untuk mengobati lupus erythematosus atau rheumatoid arthritis.
Baca Juga: Ramal Bisa Sembuhkan Virus Corona, Mike Pence Minta Pasien Sembuh Donor Plasma Darah
Namun, diyakini bahwa obat ini mempengaruhi cara kerja sistem kekebalan tubuh yang mungkin bermanfaat dalam lupus erythematosus dan rheumatoid arthritis.
Untuk diketahui, malaria merupakan penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang membawa parasit, seperti Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, atau Plasmodium falciparum.
Akan tetapi, obat ini tidak bisa digunakan untuk jenis malaria tertentu, yang sudah kebal terhadap chloroquine.
Selain itu, hydroxychloroquine juga digunakan untuk menangani penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh atau autoimun, seperti lupus atau peradangan sendi (rheumatoid arthritis).
Penggunaan hydroxychloroquine untuk menangani kedua kondisi ini merupakan langkah alternatif, apabila pengobatan utama yang sudah dilakukan sebelumnya tidak berhasil.
Untuk menangani radang sendi atau lupus, cara kerja obat ini adalah dengan memengaruhi sistem imun penderita.
Hydroxychloroquine saat ini sedang diteliti sebagai perawatan yang mungkin untuk COVID-19. Namun, obat ini belum disetujui oleh FDA (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) untuk penggunaan sebagai obat virus corona. Jadi, jangan gunakan obat ini untuk mengobati COVID-19 kecuali dokter yang menganjurkan.
Hydroxychloroquine juga dapat digunakan sebagai bagian dari terapi kombinasi. Itu berarti biasanya mungkin perlu meminumnya dengan obat lain.
Agar menambah kehati-hatian dalam mengonsumsi obat ini, berikut efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi hydroxychloroquine yakni sakit kepala atau pusing, mual, muntah, diare, ruam kulit, nyeri lambung, penglihatan kabur, telinga berdenging, lemas, memar dan pendarahan pada kulit serta kejang.
Selain itu juga menurut laporan FDA, terdapat masalah irama jantung yang serius pada pasien COVID-19 yang diobati dengan hydroxychloroquine atau chloroquine, seringnya dalam kombinasi dengan azithromycin dan obat-obatan lain yang memperpanjang QT.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: