Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Covid-19 Menghadang, Daya Saing Minyak Sawit Tetap Cemerlang!

Covid-19 Menghadang, Daya Saing Minyak Sawit Tetap Cemerlang! Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia menyatakan produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 46,6 juta ton pada 2020. | Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 yang menginfeksi dunia sejak Januari 2020 lalu telah melumpuhkan perekonomian dan berdampak pada produksi dan daya saing minyak nabati.

Tidak hanya minyak kedelai yang menjadi komoditas unggulan negara barat yang terdampak pandemi tersebut, tetapi juga dirasakan minyak kelapa sawit yang kedudukannya sudah mendominasi pasar minyak nabati dunia.

Analisis International Monetary Fund (IMF) menerangkan bahwa penurunan ekonomi akibat Covid-19 akan lebih dalam terjadi daripada masa depresi. Hal ini tentu saja akan berdampak pada daya beli masyarakat di berbagai negara yang mengalami penurunan yang dalam juga.

Baca Juga: Kebun Sawit Bukan Driver Deforestasi Tapi Upaya Reforestasi!

Dalam hal ini, negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah, seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia merupakan negara yang memilki risiko tinggi terhadap penurunan daya beli.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun mengatakan, "Akibat penurunan daya beli itu, maka daya saing minyak sawit akan menjadi lebih kuat terhadap minyak nabati yang lain, seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak rapa (rapeseed oil) yang sering juga disebut minyak kanola."

Derom menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke India bersama pejabat-pejabat pemerintah dan Kadin pada 1985 dengan tujaun untuk mendorong perdagangan dan investasi. Ternyata kala itu, India tidak ada atau belum mengimpor minyak sawit sama sekali dari Indonesia dan Malaysia. Namun, beberapa tahun kemudian, impor India terhadap minyak sawit mulai terlihat dan meningkat dengan cepat pada 1990-an.

Lebih lanjut Derom menceritakan, "Ketika saya bertanya kepada seorang anggota masyarakat awam di Mumbai, bagaimana dia membandingkan antara minyak sawit dan minyak kedelai, jawabannya sangat mengejutkan saya. Itu seperti membandingkan mobil Maruti dengan mobil Mercedes katanya."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: