Lockdown Pandemi Corona Berakhir Pilu, China Catat Kenaikan Kasus Bunuh Diri Siswa Sekolah
Beberapa siswa di China kembali ke sekolah setelah mereka menjalani lockdown selama kurang lebih dua bulan, untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun kecemasan pasca-lockdown menjadi perhatian utama pemerintah pusat.
Pasalnya, media setempat melaporkan serangkaian kasus bunuh diri oleh anak muda. Jumlahnya bahkan dilaporkan meningkat setelah para siswa kembali ke sekolah.
Baca Juga: Kabar Baik Gusti! China Kirim Tim Medis Bantu Palestina Atasi Pandemi Corona
Pada pertemuan parlemen, setidaknya empat delegasi mengajukan proposal agar lebih banyak perhatian diberikan pada kebutuhan psikologis siswa.
"Ada beberapa insiden yang memilukan ketika sekolah dibuka kembali. Ini menyoroti pentingnya dan urgensi mempromosikan pengembangan kesehatan mental pada siswa," ujar Wakil Wali Kota Zhuhai selatan, Yan Wu.
Sebanyak 14 kasus bunuh diri siswa sekolah dasar dan menengah ditemukan di sebuah distrik, di Shanghai. Wakil Wali Kota distrik Pudong New Area, Li Guohua mengatakan, jumlah kasus bunuh diri tahun ini lebih tinggi dari angka tahunan dalam tiga tahun terakhir.
"Ini adalah puncak gunung es," ujar Li.
Surat kabar pemerintah, Health Times melaporkan, secara nasional terdapat 18 siswa yang bunuh diri dengan cara loncat dari gedung dalam tiga bulan terakhir. Ketika China melonggarkan langkah-langkah untuk membendung wabah virus corona, siswa mulai beralih dari kelas online kembali ke ruang kelas pada Maret.
Berdasarkan survei online terhadap 1,22 juta siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa 10,5 persen siswa berpotensi memiliki masalah kesehatan mental. Pada akhir April, Kementerian Pendidikan China meminta sekolah untuk memperhatikan kesehatan mental, dan menyesuaikan rencana pelajaran sehingga siswa tidak memiliki tekanan akademis.
Sejumlah pemerintah daerah telah melonggarkan rencana pelajaran agar tidak membebani siswa, bahkan Provinsi Ahui membatalkan beberapa ujian.
Pemerintah di Kota Wuhan, Provinsi Hainan, dan Shanghai menyediakan kelas mengajar dengan konsep baru yang bertujuan membantu siswa mengatasi stres dan kesedihan. Dalam kelas tersebut, siswa dibagi menjadi kedua kelompok dan berlomba untuk membentuk rangkaian kata dalam bahasa Inggris.
"Tujuannya adalah untuk membuat siswa sadar bahwa perasaan stres adalah alami, dan bahwa bagaimana Anda menghadapi stres itu dapat menghasilkan hasil yang berbeda," kata salah satu guru.
Seorang pensihat sekolah di Shanghai yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, pembukaan kembali sekolah setelah lockdown berbeda dengan tahun ajaran baru setelah liburan musim dingin.
Dia mengatakan, ada beban kerja yang meningkat ketika siswa berkonsultasi tentang tekanan akademis dan rencana studi setiap pekan.
"Saya berharap, virus ini akan mengajari anak-anak bagaimana menghadapi perubahan dalam hidup. Hidup ini penuh dengan tantangan," ujar penasihat sekolah tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: