Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Universitas Bukan Pabrik Pekerjaan, Australia Turunkan Biaya Kuliah Bidang Ilmu yang Siap Kerja

Universitas Bukan Pabrik Pekerjaan, Australia Turunkan Biaya Kuliah Bidang Ilmu yang Siap Kerja Kredit Foto: Getty Images

Bertujuan untuk meningkatkan peluang kerja

Pemerintah Australia mengatakan prioritasnya telah ditentukan oleh pemodelan sebelum pandemi COVID-19 yang menunjukkan akan ada pertumbuhan lapangan kerja hingga 62 persen untuk bidang keperawatab, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan konstruksi.

Kebijakan merombak biaya ini bertujuan untuk meningkatkan pekerjaan lulusan universitas sebesar 72,2 persen, lebih rendah daripada lulusan sekolah kejuruan, sebesar 78 persen.

Mahasiswa kedokteran, kedokteran hewan, atau perawat tidak akan melihat perubahan dalam biaya pendidikan mereka, yaitu sekitar AU$11.300 per tahun.

Perubahan biaya kuliah ini tidak akan mempengaruhi siswa yang saat ini sudah menjalani pendidikannya, ujar Pemerintah Australia.

Namun, mahasiswa yang berkuliah di jurusan yang harganya turun akan dapat mengambil keuntungan dari pengurangan biaya tersebut mulai tahun depan.

"Universitas bukan pabrik pekerjaan"

Serikat Mahasiswa Nasional Australia (NUS) mengatakan biaya yang lebih rendah akan memberikan "peluang positif" kepada beberapa mahasiswa, tetapi dengan mengorbankan ratusan ribu lain mahasiswa lain yang gelarnya tidak dianggap "layak".

"Universitas bukan pabrik pekerjaan, sehingga upaya menyesuaikan biaya … akan merugikan sektor pendidikan, saat kami sudah rugi miliaran dolar dan pemotongan ratusan staf," kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan.

"Kami membutuhkan dana, bukan menyerang mahasiswa." "Menjadi mahasiswa seharusnya bukan hukuman utang, tetapi Pemerintah malah memaksa para pekerja di masa depan untuk menjadi budak utang seumur hidupnya."

Presiden Serikat Pendidikan Tersier Nasional (NTEU), Alison Barnes mengatakan "mengeksploitasi mahasiswa" tidak akan memperbaiki "krisis pendanaan kuliah".

"Dan Tehan memberi tahu mahasiswa yang mempelajari ilmu humaniora, hukum, dan perdagangan bahwa mereka harus mendanai biaya pandemi. Ini tidak masuk akal."

Lembaga Universities Australia telah dihubungi ABC untuk memberikan komentar.

Susan Forde, dari jurusan jurnalisme Griffith University, adalah di antara sejumlah akademisi menyebut kebijakan perombakan biaya ini sebagai "pukulan bagi kemanusiaan, ketika kita harus memahami dunia lebih dari sebelumnya".

Tetapi Catherine Friday, dari bidang pendidikan di firma akuntansi global "Ernst and Young" mengatakan perubahan biaya kuliah akan baik untuk ekonomi dan pekerjaan.

"Karena pendidikan publik menghasilkan baik produk privat dan publik, ada dorongan kuat di sini untuk memaksimalkan keduanya. Salah satunya dengan memperkecil pendaftaran pendidikan tinggi seperti Ilmu Hukum, di mana permintaan untuk pengacara tidak tumbuh dan tidak pernah mendekati laju jumlah sarjana hukum setiap tahun," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: