Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

New Normal, Koperasi dan UMKM Wajib Go Digital

New Normal, Koperasi dan UMKM Wajib Go Digital Bazzar RKB Binaan BNI | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia memaksa masyarakat segera beradaptasi dengan kondisi dan perilaku baru (new normal). Kini, aktivitas digital menjadi panglima dalam keseharian masyarakat, terutama kalangan pelaku UMKM, seiring pemberlakuan social distancing, sebagai upaya memutus rantai penularan wabah tersebut.

Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop-UKM, Ahmad Zabadi menegaskan digitalisasi UMKM merupakan sebuah keniscayan. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan target sebanyak 10 juta UMKM go digital di 2020. Berdasarkan data dari Kemenkominfo, hingga saat ini baru 8 juta UMKM yang telah terdigitalisasi.

"Digitalisasi UMKM tidak hanya bisa memasarkan produk dan layanan melalui marketplace. Mereka yang sudah ada di marketplace harus bertahan dan memiliki transaksi berkelanjutan. Dari data yang kami terima, kegagalan UMKM di marketplace adalah karena produk dan pelaku belum siap," ujarnya dalam webinar bertajuk Koperasi dan UMKM Go Digital di Era New Normal di Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Baca Juga: Gabung Dapur Bersama GoFood, Transaksi UMKM Kuliner Naik 70%

Artinya, sambung Zabadi, selama ini pelaku UMKM tidak dapat dihubungi oleh konsumen dengan produk yang belum siap online. Perubahan perilaku konsumen dengan membatasi interaksi fisik dan mengurangi aktivitas di luar rumah terbukti dapat memberi peluang lebih besar kepada UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital untuk bertahan atau bahkan melaju di tengah pandemi Covid-19.

"Sayangnya, peluang tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh UMKM. Dari sekitar 64 juta populasi UMKM di Indonesia, baru 13% saja yang terhubung ke ekosistem digital. Oleh karena itu, perlu keterlibatan pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan literasi manfaat UMKM masuk ke ekosistem digital dan inkubasi untuk mengakselerasi kesiapan mereka," lanjut Zabadi.

Pakar Digital Marketing Adreas Agung Bawono menambahkan, perilaku konsumen yang serba online melalui berbagai fasilitas media sosial dalam memenuhi kebutuhan hariannya perlu cepat diadaptasi oleh pelaku UMKM dengan melakukan digitalisasi bisnis. 

"Ketika butuh sesuatu barang, kini setiap orang cukup membuka smartphone, lalu browsing di Google, Instagram, Facebook atau Youtube. Nah, ketika produk dan layanan UMKM tak tersedia pada fasilitas media sosial tersebut, maka sudah pasti akan tertinggal," katanya.

Pada kesempatan sama, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, Ryan Kiryanto mengungkapkan, digitalisasi dalam pengembangan UMKM telah dilakukan oleh perseroan melalui aplikasi digital dengan basis big data.

Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-73, BNI semakin memantapkan langkah transformasi menjadi perbankan digital, termasuk diantaranya adalah dalam layanan bagi para pelaku UMKM yang disajikan dalam Program Klaster.

Langkah nyata yang BNI lakukan dalam digitalisasi layanan bagi UMKM dilakukan dalam bentuk pengembangan teknologi informasi pendukung di antaranya digital loan processing. Kemudian dalam menyukseskan digitalisasi pengembangan UMKM, BNI bekerja sama dengan startup untuk penyaluran kredit dan pembentukan ekosistem finansial berbasis digital, terutama untuk klaster UMKM pada sektor produksi.

Pengembangan digitalisasi yang dilakukan BNI ini juga mendukung pengembangan UMKM melalui program klaster berbasis tekonologi digital. Hal ini mulai membantu dalam percepatan penyaluran kredit ke nelayan dan petani, terutama dalam program KUR.

Terlihat pada portofolio penyaluran KUR BNI dengan skema klaster pada 2019 yang telah mencapai Rp5,9 triliun yang menyentuh lebih dari 94 ribu pelaku UMKM di seluruh Indonesia.

Menurut Ryan, untuk UMKM yang berada di wilayah remote dengan keterbasatan infrastruktur teknologi informasi, tidak perlu khawatir. Sebab, problem itu sudah masuk agenda pemerintah, dalam Program Digitalisasi Ekonomi. Sekarang, program tersebut memang sedikit tertahan akibat pandemi Covid-19 yang masih tinggi, tapi saat sudah mereda pasti akan kembali dipacu.

"Namun, semua pihak harus hati-hati karena kita menghadapi turbulensi ekonomi ini terbilang maraton (jangka panjang) hingga obat penawar Covid-19 ditemukan. Sektor UMKM harus menjaga ketahanan modal agar tidak tergerus. Sebab, a crisis like no other, a uncertain recovery," pinta Ryan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: