Sedangkan metode pembibitan yang sendiri Dwi menyebutkan, digunakan di kedua PG tersebut mayoritas menggunakan sistem Singgle Bud Planting (SBP) yaitu pengelolaan benih dengan menanam benih satu mata atau sering disebut sebagai new Rayungan.
"Beberapa keunggulan SBP yaitu potensi produksi per hektar realitif besar karena jumlah anakan lebih banyak bila dibanding dengan bagal konvensional, potensi rendemen tinggi karena homogenitas tinggi, lahan yang dibutuhkan untuk pembenihan juga lebih efisien serta kepastian tumbuh lebih tinggi. Disetiap pabrik gula kita siapkan pembenihan SBP," terangnya.
"BBT yang berasal dari HGU berasal dalam kontrol penuh kita, penataan varietas hingga pengelolaan tebang muat angkut tergantung kita, sehingga hasilnya pun seharusnya terjaga. Kualitas tebangan yang memenuhi unsur MBS yakni manis bersih dan segar sudah menjadi brand kita. Ayo jadikan HGU sebagai etalase PTPN XI, sehingga bukan hanya menjadi teladan bagi petani dalam pengelolaan lahan tetapi juga bisa mendukung pencapaian produksi," sambungnya.
Dwi menekankan pada penanganan pasca tebang, yakni kegiatan muat dan angkut hingga proses giling tidak memerlukan waktu panjang sehingga tidak merusak potensi rendemen tebu tersebut.
Sementara itu General Manajer PG Djatiroto Kristanto menambahka, saat ini sudah ada empat kebun yang sudah ditebang dengan protas 200 ton per hektarnya, diantaranya afdeling Dawuhan dan Genitri Lor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil