Geram, China Ingatkan AS Bersiap dengan Hal yang Tak Terduga
China memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak "bermain api" ketika delegasi Washington menyelesaikan perjalanan bersejarah ke Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Beijing geram dengan kunjungan pejabat profil tertinggi AS dalam beberapa dekade ke Taiwan. Kunjungan ini dilakukan ketika hubungan keduanya jatuh ke titik terendah karena berbagai masalah mulai dari perdagangan hingga militer dan pandemi virus Corona.
Baca Juga: Gawat, Taiwan Mulai Lobi-Lobi AS Soal Pembelian Rudal Jelajah
Menteri Kesehatan AS Alex Azar menyelesaikan kunjungan tiga hari ke Taiwan, di mana dia mengkritik penanganan pandemi China dan mengunjungi kuil mantan presiden Taiwan yang dibenci oleh kepemimpinan Partai Komunis.
Beijing mengecam kunjungan itu dan mengatakan pihaknya dengan tegas menentang pertukaran pejabat antara AS dan Taiwan dengan dalih apa pun.
"Mengenai masalah yang melibatkan kepentingan inti China, beberapa orang di AS tidak boleh menyembunyikan ilusi, mereka yang bermain api akan terbakar," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada jumpa pers reguler.
"Saya juga ingin mengingatkan pihak berwenang Taiwan untuk tidak tunduk pada orang lain, bergantung pada dukungan orang asing, dan bertekad mengejar kemerdekaan, yang merupakan jalan buntu," tegas Zhao seperti dilansir dari The National, Kamis (13/8/2020).
Beijing menegaskan bahwa Taiwan --yang telah memerintah sendiri sejak 1949-- adalah bagian dari "satu China" dan telah berjanji untuk bereaksi dengan kekerasan jika secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan.
Pada hari terakhir perjalanan, Azar mengunjungi kuil mendiang presiden Taiwan Lee Teng-hui, memuji perannya dalam mengarahkan transisi pulau itu menuju demokrasi.
Anggota kabinet AS itu menulis pesan belasungkawa untuk Lee, yang meninggal bulan lalu dalam usia 97 tahun.
"Warisan demokrasi Presiden Lee akan selamanya mendorong hubungan AS-Taiwan ke depan," tulis Azar.
Lee adalah sosok yang menjulang dalam sejarah Taiwan baru-baru ini. Dia menentang China dengan mendorong pulau itu diakui sebagai negara yang berdaulat.
Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, membenci Lee. Ketika berita kematiannya muncul, media pemerintah China menyebutnya "ayah baptis pemisahan diri Taiwan".
Baik Washington dan Taipei menggambarkan perjalanan Azar sebagai kesempatan untuk belajar dari keberhasilan pertempuran Taiwan melawan virus Corona. Pulau ini memiliki kurang dari 500 infeksi dan hanya tujuh kematian, dibandingkan dengan lebih dari 160.000 kematian di AS.
Tetapi kunjungan itu juga menjadi kesempatan untuk mengacak-acak sikap Beijing pada saat Presiden AS Donald Trump mengambil sikap yang semakin keras terhadap China saat dia berusaha terpilih kembali pada November.
"Kami akan terus mendukung Taiwan sebagai teman dan mitra kami dalam masalah keamanan, ekonomi dan perawatan kesehatan," kata Azar kepada wartawan setelah mengunjungi pabrik masker, tak lama sebelum terbang kembali ke AS.
China tersinggung dengan pengakuan formal apa pun atas Taiwan.
Mereka menyerukan agar perjalanan Azar dibatalkan dan Taiwan menuduh Beijing mengirim jet tempur melewati perbatasan de facto pada hari Senin, hari ketika kepala kesehatan AS bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen.
Selama kunjungannya, Azar berulang kali membandingkan sistem demokrasi Taiwan yang terbuka dengan kepemimpinan China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: