Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Toyota, Raja Otomotif Jepang

Kisah Perusahaan Raksasa: Toyota, Raja Otomotif Jepang Karyawan berjalan di pabrik baru Toyota Motor Corp di Apaseo El Grande di negara bagian Guanajuato Meksiko, Meksiko, 6 Februari 2020. | Kredit Foto: Reuters/Sergio Maldonado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Toyota Motor Corporation atau umum dikenal dengan Toyota adalah pabrikan otomotif multinasional Jepang yang berkantor pusat di Toyota, Aichi, Jepang. Saat ini, Toyota merupakan pabrikan penghasil mobil terbesar di dunia.

Mungkin berlebihan jika melabeli Toyota sebagai perusahaan otomotif paling terkenal di dunia. Namun faktanya, Toyota memiliki pabrik di sebagian besar dunia, memproduksi atau merakit kendaraan untuk pasar lokal di Jepang, Australia, Bangladesh, India, Sri Lanka, Kanada, Indonesia, Polandia, Afrika Selatan, Turki, Kolombia, Inggris Raya, Amerika Serikat, Prancis, Brasil, Portugal, dan yang terbaru, Argentina, Republik Ceko, Meksiko, Malaysia, Thailand, Pakistan, Mesir, China, Vietnam, Venezuela, Filipina, dan Rusia.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Amazon, Ritel Daring Bernilai USD1,6 T

800px-Toyota_Sign_Development_Bertel_Schmitt.jpg

Di samping itu, Tesla mungkin baru-baru ini melampaui Toyota sebagai pembuat mobil paling berharga di dunia. Tetapi pabrik pembuat Camry dan Prius itu masih 10 kali lebih besar dari ukuran perusahaan Elon Musk dengan penjualan keseluruhan (275 miliar vs 25 miliar dolar AS) pada 2019.

Meskipun demikian, Volkswagen masih menjadi pabrik pembuat mobil nomor satu dunia diukur dari pendapatan totalnya, pada 2020. Namun dari segi penjualan, Toyota sukses menjual lebih dari 10 juta unit dalam setahun hingga 31 Maret 2020. Penjualan mengalami peningkatan di Eropa dan Jepang, sementara agak tenggelam di Amerika Utara dan Asia. 

Pada 2020, Toyota menjadi perusahaan raksasa kesepuluh dunia, dinilai dari empat aspek yang ada, versi Fortune dalam Global 500-nya. Pendapatan keseluruhan yang dimiliki perusahaan ini mencapai lebih dari 275,3 dolar AS dalam setahun, dengan laba lebih dari 19 miliar dolar AS. Sedangkan, nilai perusahaan di pasar (market value) mencapai 192 miliar dolar AS. Dan, Toyota sendiri memiliki 359,542 karyawan yang tersebar di seluruh dunia.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia turut memengaruhi pendapatan Toyota tahun 2020 ini. Kabarnya, perusahaan asal Jepang ini mengalami penurunan laba yang ditaksir hingga 80 persen.

Warta Ekonomi kali ini, Rabu (19/8/2020), berkesempatan membahas kisah perusahaan otomotif raksasa asal Jepang, dari awal mulanya hingga kini. Dengan mengutip dan mengolah sumber-sumber kredibel dan relevan, kami menyusunnya menjadi tulisan sebagai berikut.

Toyota mungkin tampak seperti perusahaan otomotif yang cukup baru di Jepang, tetapi sejarahnya sudah ada sejak lebih dari tujuh puluh lima tahun yang lalu. Ada banyak fakta mengejutkan tentang sejarah Toyota, tak terkecuali namanya sendiri.

Sakichi Toyoda lahir pada 14 Februari 1867 di desa Yamaguchi (sekarang bagian dari kota Kosai) di Prefektur Shizuoka. Sakichi Toyoda mulai menciptakan desain inovatif untuk mesin tekstil tenun dalam usia 30 tahun. Ini kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.

Umumnya, industri otomotif lain menggunakan nama pendirinya sebagai merek dagang, seperti Honda yang didirikan Soichiro Honda, Daimler-Benz (Gottlieb Daimler dan Karl Benz), dan pada Ford (Henry Ford). Nama Toyoda tidak dipakai untuk nama perusahaan raksasa Jepang ini. Perubahan nama dari Toyoda menjadi Toyota dimaksudkan agar enak didengar dan lebih mudah diucapkan.

l01_01_01_01_img01.jpg

Pada awalnya, sebagian perusahaan Toyota didukung oleh pemerintah Jepang karena digunakan untuk menciptakan kendaraan militer. Selanjutnya, putra Toyoda, Kiichiro Toyoda, mengambil kendali operasi mobil setelah Jepang menghentikan hampir semua impor pada 1936.

Namun sebelumnya pada 1934, Toyota sudah lebih dulu menciptakan dan memproduksi mesin pertama untuk mobil. Dua tahun setelahnya, kendaraan pertama yang ia produksi memiliki dua silinder. Adalah sebuah mobil sedan dengan model Toyoda AA, dirilis pada 1936. 

Desain itu kemudian segera digantikan oleh kendaraan yang meniru desain Chevrolet 65 hp straight-six dengan beberapa fitur yang berasal dari Chrysler Airflow. Namun, dua tahun kemudian pada 1937, perusahaan tersebut bubar.

Empat tahun menunggu dirasa cukup melahirkan perusahaan otomotif sendiri dan melepaskan diri dari industri tekstil mereka. Kemudian pada 1937 mereka meresmikan divisi otomotif dan memakai nama Toyota, bukan Toyoda seperti nama industri tekstil.

Tak ayal, pada 1937 merupakan tahun penting kelahiran cikal bakal raksasa Toyota Motor Corporation sekarang.

l02_01_01_03_img01.jpg

Semangat inovasi Kiichiro Toyoda tidak pernah redup. Toyota kemudian berkembang menjadi penghasil kendaraan tangguh. Di era 1940-an, Toyota sibuk mengembangkan permodalan termasuk memasukkan perusahaan di lantai bursa di Tokyo, Osaka dan Nagoya.

Pada akhir 1945, militer Amerika Serikat memberikan izin kepada Toyota untuk memulai produksi di masa-masa damai. Mereka menggunakan apa yang telah mereka pelajari dari program pelatihan industri AS untuk terus membuat produk di Jepang, bahkan setelah program tersebut ditinggalkan di AS.

Sampai 1947 saja, penjualan mobil Toyota di dalam negeri sudah mencapai 100.000 kendaraan.

Ketika perusahaan membuat truk setelah Perang Dunia II, mereka juga mulai membuat Toyopet, atau Model SA, dengan harga murah, dan dibuat untuk bermanuver di jalan-jalan kasar Jepang setelah perang. Hanya 215 unit SA Toyopet yang dibuat pada 1955. Tetapi SF Toyopet yang diciptakan setelahnya menghasilkan penjualan 8.400 unit per tahun pada tahun yang sama. Produksi mencapai 600.000 unit sepanjang sepuluh tahun, yakni pada 1965.

Toyota mulai melakukan penjualan internasional dengan membuka kantor pusat di Hollywood, AS, pada 1957. Presiden Toyota untuk AS, Shotaro Kamiya, secara pribadi memasang plat nomor resmi California di bagian depan mobil Toyotanya.

l02_01_01_02_img03.jpg

Toyota Land Cruiser, sebuah truk sipil yang hampir meniru desain pengangkut senjata milik Dodge, dan Toyota Crown, mobil mewah pertama mereka mulai diproduksi pada 1958. Selanjutnya, penjualan 288 unit kendaraan sukses dilakukan pada tahun pertama (1958), dengan rincian 287 sedan Toyopet Crown dan satu Land Cruiser.

Sayang beribu sayang, Land Cruiser dan Toyopet gagal meraih angka penjualan yang signifikan di AS. Pada gilirannya, perusahaan fokus pada pembuatan mobil yang dirancang khusus untuk pasar AS seperti  Avalon dan Camry.

Selama periode 1960-an dan 1970-an, Toyota berkembang dengan pesat dan mulai mengekspor sejumlah besar mobil ke pasar luar negeri.

Pada awal 1960-an juga, AS mulai memberlakukan tarif impor yang cukup kaku pada kendaraan tertentu. Apa yang disebut "chicken tax" atau pajak sebesar 25 persen untuk truk ringan impor mulai diterapkan pada 1964.  

Toyota mengakuisisi perusahaan seperti Hino Motors, Ltd. (1966), produsen bus dan truk besar; Nippondenso Company, Ltd., pembuat komponen mobil listrik; dan Daihitsu Motor Company, Ltd. (1967).

Selama beberapa dekade Toyota adalah produsen mobil terbesar di Jepang. Perusahaan ini juga terus berkembang di pasar AS, dan mendapatkan reputasi untuk kendaraannya yang berbiaya rendah, hemat bahan bakar, dan andal seperti Corolla, yang dirilis di AS pada 1968.

l02_01_05_01_img01.jpg

Memasuki 1975, Corolla sudah memiliki tiga generasi dengan unit yang terjual lebih dari 5 juta. Hal yang menakjubkan ini masih kokoh hingga era sekarang. Mesin Corolla ini kemudian digunakan di Indonesia sebagai mesin untuk kendaraan keluarga serbaguna, Toyota Kijang. 

Menanggapi tarif yang telah disebutkan sebelumnya, Toyota, dan beberapa industri otomotif lainnya seperti Nissan Motor Co dan Honda Motor Co mulai membangun pabrik di AS pada awal 1980-an.

Toyota Motor Company bergabung dengan Toyota Motor Sales Company, Ltd. pada 1982. Dua tahun kemudian Toyota bermitra dengan General Motors Corporation dalam pembuatan New United Motor Manufacturing, Inc., pabrik manufaktur merek ganda di California, tempat Toyota memulai produksi AS pada 1986.

Perusahaan mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga abad ke-21, dengan inovasi seperti merek mewahnya, Lexus (1989), dan kendaraan bertenaga hibrida yang diproduksi secara massal pertama di dunia, Prius (1997).

l02_01_01_02_img01.jpg

Sejalan makin mengglobalnya produk Toyota, mereka sadar tidak mempunyai grafik logo. Bahkan di Indonesia dijumpai kendaraan bermerk Toyota seperti Toyota Kijang dengan logo TOYOTA pada grill di bagian bonnet (hidung) mobil.

Pada 1989, Toyota akhirnya memutuskan untuk membuat dua lingkaran oval (ellips) yang menghasilkan huruf T dan ellips ketiga mengisyaratkan akan the spirit of understanding in design. Lingkaran ketiga itu sekaligus mengelilingi kedua lingkaran ellips sebelumnya yang berbentuk T itu sebagai bukti menjaga dan memengaruhi sekelilingnya.

Pada 1990-an, Toyota semakin membuktikan bahwa mobil Jepang dapat bersaing dengan mobil Eropa dan AS. Toyota Celica berhasil menjadi juara rally dunia, dan Toyota Camry menjadi mobil paling laris di AS.

Pada 1999 Toyota terdaftar di Bursa Efek London dan Bursa Efek New York. Di tahun yang sama, Toyota mengakuisisi 51,19 persen saham Daihatsu, dan pada 2001 Toyota membeli 50,11 persen saham Hino.

l03_01_02_02_img01.jpg

Perusahaan terus berekspansi, dengan meluncurkan merek Scion (2003) dan kendaraan hibrida mewah pertama di dunia, Lexus RX 400h (2005). Kedua produk baru secara khusus menargetkan pembeli yang lebih muda 

Namun, perusahaan kemudian menghadapi tantangan keuangan yang signifikan. Anjloknya penjualan yang disebabkan oleh krisis keuangan global pada 2008 serta penarikan kembali keamanan internasional terhadap lebih dari delapan juta kendaraan pada 2010, yang pada gilirannya hal itu menghentikan produksi dan penjualan beberapa model teratasnya untuk sementara waktu.

Toyota, bersama dengan sebagian besar industri otomotif Jepang, mengalami serangkaian bencana alam, pada 2011. Gempa bumi dan tsunami Tohoku 2011 menyebabkan gangguan parah pada basis pemasok, sehingga terjadi penurunan produksi dan ekspor.

Banjir hebat selama musim hujan 2011 di Thailand memengaruhi produsen mobil Jepang yang memilih Thailand sebagai basis produksi. Toyota diperkirakan kehilangan produksi 150.000 unit akibat tsunami dan produksi 240.000 unit akibat banjir.

Meskipun diterpa bencana, penjualan global Toyota tetap kuat karena merek mereka terus mendiversifikasi penawarannya di pasar utamanya dan di seluruh dunia. Pada 2012, produksi Toyota mendekati 9 juta unit per tahun dan perusahaan menghasilkan pendapatan sekitar 225 miliar dolar AS.

l03_01_01_03_img01.jpg

Pada 2013, Toyota mengalahkan General Motors untuk menjadi #1 dalam penjualan global setelah tertinggal di tempat kedua selama bertahun-tahun. Sebagai produsen hampir semua jenis mobil dan merek andalan bagi manufaktur Jepang dan kemakmuran ekonomi, Toyota telah meninggalkan warisan besar yang akan bertahan selama bertahun-tahun.

Hal pahit kembali datang. Jutaan kendaraan yang diproduksi oleh Toyota dan beberapa perusahaan mobil lainnya ditarik kembali oleh regulator di AS pada 2014, karena kemungkinan adanya airbag yang tidak berfungsi. Penarikan tersebut adalah "penarikan kembali keselamatan terbesar dan paling kompleks dalam sejarah AS," menurut National Highway Traffic Safety Administration.

Hal serupa di Australia juga terjadi pada 2014. Toyota mengumumkan menghentikan produksi kendaraan dan mesin pada akhir 2017. Keputusan tersebut didasarkan pada dolar Australia yang tidak menguntungkan yang membuat ekspor tidak dapat dilaksanakan, tingginya biaya produksi lokal dan tingginya jumlah persaingan di pasar lokal yang relatif kecil.

Perusahaan berencana untuk mengkonsolidasikan fungsi korporatnya di Melbourne pada akhir 2017. Kantor pusat akan tetap di Port Melbourne dan pabrik Altona akan dipertahankan untuk fungsi lainnya. Tenaga kerja diharapkan berkurang dari 3.900 menjadi 1.300.

Produsen mobil asal Jepang tersebut menduduki puncak penjualan global untuk paruh pertama 2014, menjual 5,1 juta kendaraan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, meningkat 3,8 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Volkswagen, yang mencatat penjualan 5,07 juta kendaraan, berada dekat di belakang.

l03_01_05_01_img01.jpg

Pada Agustus 2014, Toyota mengumumkan akan memangkas harga suku cadangnya di China hingga 35 persen. Perusahaan tersebut mengakui langkah itu sebagai tanggapan atas penyelidikan yang diramalkan pada awal bulan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China atas kebijakan suku cadang Lexus, sebagai bagian dari penyelidikan seluruh industri tentang apa yang dianggap oleh regulator China sebagai harga yang sangat tinggi oleh pembuat mobil untuk suku cadang dan layanan purna jual.

Pada November 2015, perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan 1 miliar dolar AS selama 5 tahun ke depan (2020) untuk penelitian kecerdasan buatan dan robotika. Pada 2016, Toyota berinvestasi di Uber. Sayangnya, jumlah yang diinvestasikan bukanlah informasi untuk publik.

Pada bulan Maret 2016, Toyota bermitra dengan Yanmar untuk membuat kapal pesiar fiberglass menggunakan mesin diesel laut tempel Yanmar atau mesin dalam kapal Toyota.

Pada 27 Agustus 2018, Toyota mengumumkan investasi 500 juta dolar AS untuk mobil otonom Uber.

Toyota terus berkembang melalui dedikasinya untuk menciptakan kendaraan yang dapat diandalkan, berperforma baik, dan memiliki fitur keselamatan yang unggul. Mereka adalah salah satu pabrikan mobil terbesar di dunia, dan terus berjuang keras melawan Volkswagen untuk memperebutkan tempat nomor satu.

l03_05_06_01_img01.jpg

Dengan lebih dari 5,5 juta kendaraan diproduksi setiap tahun pada 2019, dan dengan banyak desain pemenang penghargaan dan reputasi teknologi inovatif, perusahaan telah melampaui tujuan mereka untuk menciptakan posisi aman di pasar mobil AS.

Nama Toyota terus dikaitkan dengan keandalan dan kinerja untuk pengemudi baru dan pengemudi Toyota yang berdedikasi, dan mereka terus memberikan ide-ide baru untuk masa depan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: